Adik Plus Plus - Cerita Pelangi


"Kak ada di kos? Aku main ya?"

Biyan biasa mengirim wa seperti itu, terutama saat tugas kuliahnya bejibun.

Kami beda jurusan, dan bertemu via aplikasi, dia udah kayak adik aku sendiri, bahkan temen-temen kos banyak yang ngira dia adik kandungku saking seringnya main ke kos.

Pas nyampe, dia sering curhat banyak hal soal kuliahnya, dia melampiaskan keluh kesah dan capeknya ke aku.

"Capek banget anjg... pen diewek," kelakarnya.

Dan itu bukan gurauan, kadang pas dia baru nyampe ke kos, dan aku lagi ngerjain tugas, dia langsung meluk manja.

"Kak, capek."

Aku langsung membalas pelukannya dan merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Pintunya udah kamu kunci?" tanyaku.

Dia mengangguk pelan dengan senyum manisnya.

Pagutan mesra di leher dan dada langsung kuhujamkan, dan dia hanya mendesah pelan. Tubuhnya melemah pasrah dalam dekapanku.

Playlist John Mayer atau K E A N E biasa mengiringi kemesraan kami berdua, semacam jadi theme song kemesraan kami berdua.

Setelah itu, aku memasang kondom dan melumurinya dengan pelumas, adegan inti terjadi.

Aku mengoyak lubangnya dalam durasi agak panjang yang membuatnya mendesah, melenguh, menceracau, sampai terasa ada cairan hangat keluar dari penisnya, pertanda dia sudah klimaks.

Badan kami basah oleh keringat, dan setelah itu biasanya dia terlelap. Kukecup keningnya, lalu kucabut penisku yang masih kaku karena belum klimaks.

Unik ya, justru dia yang lebih dulu klimaks, biasanya aku mengikuti, tapi kadang aku gak sampe klimaks.

Biasanya aku menyusul tidur di sampingnya, kadang melanjutkan ngerjakan tugas, pas dia bangun kadang juga memelukku dengan mesra.

  - 00-

Kami cuma kakak adik, ya tak lebih, bukan BF an, dan gak tau kenapa kami juga gak tertarik buat BFan.

Kadang pas lagi libur dan gak pulang kampung, kami sering jalan-jalan ke pantai, atau wisata alam lainnya.

Meski dia bottom, gesturenya juga biasa aja, bahkan mungkin banyak cewek yang menyukainya, karena dia manis dan mulus.

Dia juga anak smart, vibes anak-anak yang rajin di kelas, gak tampak kayak anak tongkrongan, jarang juga dia bisa deket sama orang.

"Nyaman aja kalau sama kakak, pengen diawet2in aja," ucapnya saat kami makan siang di sebuah warung setelah jalan-jalan dari pantai.

"Tahun depan kakak lulus lho."

"Hmm... kakak mau balik atau nyari kerja di sini?"

"Kayaknya bakal merantau ke ibukota dek."

"Terus aku gimana?"

Aku melihat wajahnya yang mulai cemberut.

"Kuliah yang rajin, terus lulus tepat waktu, jangan aneh-aneh," jawabku sambil mengusap-usap rambutnya.

Pemandangan itu mungkin agak aneh bagi orang sekitar, tapi refleks aja hal itu aku lakukan kayak kakak ke adiknya.

  - 00-

Dia tak datang di hari wisudaku, namun tiba-tiba dia berada di depan pintu kosku 3 hari setelah wisuda, saat aku lagi packing.

Wajahnya terlihat sembab dan tampak tak bersemangat.

"Kamar kakak udah bersih, emang jadi pindah?" tanyanya sambil rebahan di kasur.

"Iya lah."

Aku mendekat dan mengusap kepalanya seperti biasa.

"Jangan sedih, ntar kakak bakal sering nelp kamu."

"Hmm....."

"Kok, hmm...."

"Gak enak, pengennya langsung main ke kos kayak biasanya."

Aku juga sedih dengan perpisahan ini, tapi mau gimana lagi?

  - 00-

Malam terkahir di kos, kami melampiaskan hasrat itu, entah berapa lama kami melakukan itu, hingga lewat tengah malam.

Dia begitu agresif, tak seperti biasanya. Sesi awal dia mengulum kontolku hingga basah air liur.

Lalu dia sendiri yang meminta posisi di atas, dia tancapkan sendiri lubangnya ke penisku dan pinggulnya bergerak beringas.

"Belum tentu aku bisa ngerasain ini lagi setelah ini," ucapnya sambil mendesah.

Kali ini yang lebih aktif, sampe dia berniat melepas kondom yang tersarung di penisku.

"Dek, jangan."

"Sekali aja, keluarin di dalem, aku pengen ngerasain sperma kakak membasahi lubangku," pintaku.

"Jangan nekat kamu dek, kita gak pernah kayak gitu."

"Kenapa kakak gak mau? Takut tertular penyakit?"

"Kamu kok gitu sih dek."

"Sekali aja, kan gak pernah, setelah ini belum tentu aku bisa ketemu kakak lagi."

"Jangan lah dek."

Namun biyan tetap melepas kondom di penisku, terpaksa aku mendorong tubuhnya.

Biyan tiba-tiba menangis lirih, sesenggukan, aku memeluknya, dia terus menangis malam itu sampai kami tertidur.

  - 00-

Cahaya mengintip ke jendela dan mataku mulai terbuka, biyan masih meringkuk di pelukku, dia juga sudah terbangun.

Dengan lekas dia pegang kontolku, mengulumnya dengan beringas, dia bergeser posisi, kontolku tetap dalam lumatannya dan kedua jari jemarinya memelintir kedua putingku.

"Argghhhh.... dek."

Biyan seolah tak mau memberi ampun saat tanganku hendak menariknya.

Lidahnya begitu terampil menjilati dari dalam, begitupun jari jemarinya memelintir putingku, sampai ....

"Arghhhh......."

Croot.... croot.... crooottt.... crooot.....

Spermaku muncrat dan dengan lahap ditelan oleh biyan, meski ada sebagian yang meluber keluar.

Mungkin ini semacam salam perpisahan dari biyan.

By arga



Posting Komentar

0 Komentar