Habis Diewek, Langsung Diputusin - Cerpen Pelangi


"Dia cuma orang yang bekerja di rumahku," jelasnya.

"Tapi sampai ciuman?" protesku.

###

Hari ini aku sengaja tak memberi tahu Frans kalau akan ke rumahnya. Lagipula itu juga biasa kulakukan.

Namun di ruang belakang, aku melihat sendiri Frans sedang berciuman dengan seorang pria bertubuh tegap atletis, mengenakan singlet hitam dan celana jeans pendek selutut.

Aku tahu jika pria itu adalah salah satu orang yang tengah merenovasi rumahnya, namun kenapa mereka berciuman?

Frans adalah BFku, sudah satu tahun ini kami berpacaran, kami kuliah di tempat yang sama. Aku sering ke rumahnya, begitu pun sebaliknya.

Sejak kejadian itu, hubungan kami merenggang. Aku tak tahu sejauh mana hubungan mereka, Frans hanya bilang jika dia khilaf dan mengaku bersalah.

Namun satu hal yang mengganjal, Frans berciuman dengan pria manly, padahal dia seme. Aku yang tak habis pikir. Kenapa Frans bisa tertarik dengan sesama cowok manly?

Frans berusaha menjelaskan semua padaku, sampai ia datang padaku dan berusaha minta maaf.

"Denger dulu penjelasanku," pintanya.

Namun aku tak meresponnya, aku tetep cuek duduk menghadap ke luar jendela.

Frans mendekat lalu memelukku dari belakang.

"Dengerin aku," bisiknya.

Dia pun makin erat memelukku, hidung dan bibirnya mengendus telingaku, dan dia tahu jika itu titik kelemahanku.

Dalam keadaan marah dan kecewa Frans menjamahku bertubi-tubi, namun aku tak berontak, memang ini yang aku inginkan.

Sampai akhirnya kami bersetubuh, hingga tubuh banjir oleh keringat. Seusai Frans memuntahkan spermanya ke dalam tubuhku, dia berbisik lagi.

"Sekarang aku boleh bicara?"

Kurangkulkan tanganku di leher Frans, tiba-tiba aku ingin menangis, air mataku keluar dan aku sesenggukan. Aku sadar kalau aku sangat menyayangi Frans, dan hatiku sakit sekali saat mengingatnya berciuman dengan pria tegap itu.

"Maafin aku," lanjut Frans.

Entah sudah berapa kali dia ucapkan kata maaf. Frans mencium keningku, lalu ia naikkan tubuhnya dan mencabut penis yang tertancap di anusku.

Dengan cepat Frans mengenakan kembali sempak, kaos dan celananya. Lalu menata rambutnya yang acak-acakan.

"Maafin aku, mulai sekarang kita jalan masing-masing ya, makasih buat semuanya," pungkas Frans, lalu membuka pintu kamar dan pergi begitu saja.

Di atas ranjang aku masih telanjang, tubuhku lelah sekali, dadaku sakit, air mataku tak berhenti keluar. Semudah itu bagi Frans untuk melepaskanku, setelah setahun bersama.

Posting Komentar

0 Komentar