#2
Salah seorang klien memintaku tes VCT, untuk memastikan kalau aku bebas dan bersih, dia sendiri yang akan memfasilitasinya.
Awalnya aku menolak, karena role jasa kami adalah playing safety. Selalu pakai pengaman.
Namun dia bersikeras memintaku untuk melakukan itu, dan dengan kemampuan finansialnya, apalah dayaku.
Hasilnya pun negatif.
-00-
Dia memintaku menyewa sebuah kamar, dia akan berada di kamar yang berbeda lalu mendatangiku.
Klienku kali ini seorang bapak paruh baya, berbadan besar dan berperut buncit.
Dia sudah mengirim sejumlah uang untukku sehingga aku mau melakukan segala permintaannya.
Aku membukakan pintu kamar untuknya. Dia masuk dengan busana santai, celana pendek dan kaos, namun asesoris yang melekat di tubuhnya menegaskan jika dia bukan orang sembarangan.
Fase pertama dia menahan dadaku sampai menempel dinding, lalu tangannya menggerayangi dada, perut hingga penisku.
Dia lucuti celanaku dan dia hisap batang penisku dengan penuh gairah, sampai tubuhku bergetar.
Dia memintaku melakukan hal yang sama. Aku ikuti kemauannya, termasuk menghisap penisnya yang mungil.
Aku merasa mual dan ingin muntah, tapi sebisa mungkin kutahan. Aku harus profesional.
Tapi aku ingat sesuatu, apa dia sehat? Karena kemaren hanya aku yang diminta tes VCT.
"Kamu meragukanku?" bentaknya dengan mata tajam sembari tangannya menyentuh leherku.
Aku percaya, dia membalik badanku dan mendorongku sampai terlempar di kasur yang empuk.
Lalu kurasa dengan susah payah dia mencoba mengagahiku, kuarahkan pantat menyesuaikan posisinya agar penisnya mudah masuk.
Dalam batin aku merasa jijik sekali, tapi semua sudah deal sejak awal. Dia menyetubuhiku, tanpa kondom.
-00-
Setelah dia kelelahan, dia telentang di kasur, menghisap poppers dan memintaku untuk menyetubuhinya, juga tanpa kondom.
Aku melakukan kemauannya, tapi penisku tidak tegang. Lalu kuhisab poppers dan kupelintir sendiri putingku biar tegang.
Setelah tegang, aku menunaikan tugasku. Sebelum keluar dia memintaku mencabutnya lalu diarahkan ke mulutnya.
Di dalam mulut itu spermaku muncrat dan ditelah habis olehnya.
Dia kelelahan dan lalu tertidur pulas di ranjang.
Aku menuju kamar mandi. Berulang kali berkumur dengan air hangat. Lubang anusku juga mengeluarkan cairan sperma milik om tambun tadi.
Di bawah guyuran air shower, aku merasa diriku sudah rusak. Merasa jijik dengan apa yang baru aku lakukan.
0 Komentar