Sp3rm4 Pacarku yang Muncrat di Lantai - cerita pendek


Pacarku memang ganteng, tubuhnya atletis, maklum dia adalah pemain basket. Dia tergabung dalam tim basket sekolah. Dia berlatih tiga hari seminggu. 

Aku selalu menemaninya sampai selesai. Menyemangatinya dari pinggir lapangan sambil membawakan tasnya, aku juga yang menyiapkan handuk, air minum untuknya. Sebagai pacar, peranku kadang seperti asisten pribadi.

Kadang juga dia lupa mandi setelah main basket. Aku yang selalu mengingatkan. Di kamar mandi pria ada tempat khusus yang bersekat-sekat, yang memang dibuat untuk mandi siswa, terutama bagi mereka yang ada kegiatan sampai harus menginap di sekolah, atau mereka yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dan tubuhnya berkeringat setelah latihan atau bertanding.

Pacarku namanya Gio, dia menyatakan suka padaku tiga bulan yang lalu, sebelum libur kenaikan kelas. 

Aku memang cewek cantik yang menjadi idaman banyak siswa di sekolah. Bahkan ketua OSIS yang terlihat rapi dan disiplin saja, kabarnya juga suka sama aku. 

Tapi dia masih jaim karena harus memberikan contoh ke siswa lain untuk tidak pacaran.

Banyak teman-temanku yang bilang kalau Randi si ketua OSIS lebih baik daripada Gio. 

Randi lebih pintar dan populer, gantengnya pun juga tak kalah. Tapi aku lebih suka Gio karena dia anak basket. 

Tapi ada satu peristiwa yang entah kenapa membuat aku suka sama Gio, yang ini memang agak aneh jika direnungi. 

Secara tak sengaja aku pernah melihat penisnya Gio waktu dia buang air kecil sembarangan di dekat tembok belakang sekolah yang jaraknya memang tak jauh dari lapangan basket.

Waktu itu aku sedang di ruang tata busana, dan sedang duduk di balik jendela. 

Pemandangan Gio mengeluarkan penis dari celana basketnya itu terlihat jelas. Penisnya bagus, semprotan kencingnya panjang, waktu itu entah kenapa aku tak bisa mengalihkan pandangan. 

Aku ingin terus melihat sampai Gio selesai kencing. Untungnya Gio tak melihatku.

Semenjak itu, serasa ada yang berbeda. Karena anak basket, biasanya memang sering memperlihatkan sisi maskulinnya.

Apalagi pas latihan atau bertanding, menggunakan seragam basket yang tak ada lengannya dan keringatnya bercucuran. 

Untuk anak basket lain melihatnya biasa saja, tapi tidak dengan Gio. Aku jadi tertarik lebih dalam.

Ketertarikanku degan Gio mungkin begitu terlihat sampai akhirnya Gio menembakku. 

Setelah kami pacaran, aku jadi penasaran dengan sesuatu yang tak lazim. Aku ingin tahu sperma Gio. Karena saking penasarannya, aku sampai minta ke Gio.

“Ha, kamu kok mintanya aneh-aneh sih sayang,” protes Gio. 

Tapi dia tak bisa menolak. Hari Sabtu, setelah latihan basket, aku dan Gio menepi di sempitan dekat green house, aku minta Gio untuk onani sampai spermanya keluar. Gio melakukan itu sampai spermanya tumpah dilantai.

“Udah?” tanyanya. 

Dia bermaksud menciumku, tapi aku menolak. Lalu aku langsung memintanya untuk mandi dan setelah itu pulang. 

Aku hanya ingin melihat sesuatu keluar dari penisnya, sama saat aku melihat Gio kencing. Karena kami sudah jadi pacar, maka permintaanku itu ia terima.

-00-

Setelah melihat Gio onani di depan mataku, hari-hariku jadi dipenuhi bayangan itu. 

Sore itu aku melihat sendiri penis Gio ngaceng dan memuncratkan sperma. 

Penis Gio waktu ngaceng terlihat lebih bagus dari saat dia kencing biasa waktu itu. 

Tapi jujur saja aku takut waktu pertama kali melihatnya mengeluarkan penis dari celana basketnya, langsung di depan mataku. 

Bahkan Gio memintaku menyentuhnya, tapi aku tak berani.

“Aku pengen lihat lagi,” pintaku lagi pada Gio.

“Hah. Kamu kok aneh sih sayang,” jawabnya. 

“Kamu Cuma pengen lihat aku onani, kenapa gak kamu aja yang onaniin aku, atau kamu emut gitu,” lanjut Gio.

“Hah!” aku syok mendengar responnya. “Kamu pikir aku cewek apaan?” lanjutku sambil berlalu meninggalkannya.

Tapi sesampainya di rumah aku merenung. Kenapa aku harus marah sama Gio ya? Memang aku yang aneh, minta Gio onani, pengen lihat spermanya keluar. 

Menurutku, ketika Gio mengeluarkan sperma, kejantanannya terlihat berkali lipat dari biasanya. 

Apalagi, ketika spermanya muncrat, otot lengan dan perutnya nampak menegang dan itu maskulin sekali.

Anak basket rata-rata memang nampak maskulin, lengannya pun juga bagus-bagus, tak terkecuali Gio. 

Mereka juga terlihat lebih enerjik. Aku beruntung bisa mendapatkan Gio, apalagi Gio tak pernah meminta yang aneh-aneh dariku, justru aku yang minta aneh-aneh padanya.

Malamnya, Gio berulang kali meneleponku, aku mengangkatnya dan dia minta maaf. Sebenarnya bukan dia yang salah, aku akhirnya juga minta maaf.

***

Hari ini aku tak menunggu Gio latihan, aku masih butuh waktu atas perkataan Gio kemaren. Meskipun sebenarnya aku ingin melihat dia latihan. 

Sepulang sekolah, aku hanya duduk tak jelas di kelas tataboga, sementara yang lain sibuk menyimak penjelasan guru tata boga tentang resep masakan lain yang belum kami pelajari.

Sepulangnya dari kelas tataboga aku masih melihat motor Gio di parkiran. 

Kulihat jam sudah hampir jam lima sore. Kenapa belum pulang? Biasanya jam empat dia sudah pulang lalu lanjut les matematika.

Aku berlari ke lapangan basket, sudah tak ada orang. Hanya ada Rivan, itupun dia akan pulang. 

Aku tanya Gio kemana, katanya masih mandi. Aku langsung menuju kamar mandi cowok untuk memastikan. 

Dari luar memang terdengar suara shower menyala, tapi ada suara lain yang membuatku penasaran.

Karena kamar mandi sekat cowok tertutup, aku menintipnya dari celah kecil dekat engsel. Aku terkaget dan setengah berteriak. 

Gio sedang berciuman dengan Foo, rekan satu basketnya. Mereka berdua sama-sama telanjang. 

Penis mereka saling bersentuhan dan sama-sama ngaceng. Aku langsung menggedor pintu itu, mereka nampak kaget. Suara air dari shower memang sangat kencang.

Setelah itu mereka berpura-pura mand seperti biasa. Namun tidak membukakan pintu. 

Aku pun langsung berlari sambil menangis, mengambil motor maticku yang terparkir dekat motor Gio. 

Aku langsung pulang. Setelah itu hubunganku dengan Gio semakin renggang. 

Sampai terdengar kabar Gio jalan dengan cewek lain. Aku heran bagaimana Gio bisa begitu mudah melupakan pacar ceweknya, sementara aku pernah melihatnya asyik berciuman dengan Foo. 

Dasar lelaki aneh. Tapi aku senang pernah melihat sperma keluar dari penisnya. Anggap saja itu bonus. []

By larisa

Posting Komentar

0 Komentar