Kisah hidupku sebagai kuli, penuh warna dan kejutan - cerpen pelangi


Sejak lulus SMA aku sudah ikut kakakku bekerja sebagai kuli, direkrut oleh sebuah perusahaan kontraktor.

Meski kuli, tapi kami mendapat pelatihan skill dan jadi tim dalam beberapa proyek pembangunan.

Itulah yang membuatku harus ikut keluar kota. Dalam satu proyek, waktu paling singkat adalah 20 hari, paling lama 9 bulan.

-00-

Proyek pertama yang kuikuti adalah pembangunan gedung sebuah instansi pemerintah, lokasinya di luar kota.

Aku harus disana selama 3 bulan, menginap di sebuah kontrakan bersama kuli yang lain.

Ada sekitar 20 pekerja yang rolling setiap 3 bulan. Di antara mereka ada yang masih single, ada yang sudah berkeluarga.

Aku termasuk yang masih single, punya badan lumayan kekar dan tinggi 178cm cukup mendukung untuk bekerja bersama mereka.

Selama 3 bulan, kami tidur di atas tikar ala kadarnya. Setiap pagi kami antri di kamar mandi, sarapan nasi bungkus yang dibawa pak mandor.

Rata-rata kuli emang badannya berotot, pak jepri yang paling senior dari kami juga punya badan bagus meski sudah 40 tahun lebih.

Tapi ada juga yang perutnya buncit. Teman dekatku, ikbal yang setahun lebih tua dariku, berbadan atletis dan berwajah tampan.

Ikbal paling tampan di antara semua kuli, dia juga paling kalem dan meski kerja berpanas panasan kulitnya tetep terlihat putih.

Soalnya ikbal selalu pakai kaos lengan panjang, topi duff yang membuat seluruh bagian tubuhnya tertutupi, meski pasti bakal gerah banget.

Beda sama yoyok yang lebih sering pake kaos low cut, alhasil bagian lengan ke bawah terlihat hitam kontras sama bagian dada dan perutnya.

-00-

Hal yang paling ramai di pagi hari adalah antri kamar mandi, ya bayangkan aja soalnya kami ngontral sebuah rumah yang kamar mandinya cuma satu.

Yang gak bisa nahan itu kalau kepengen pup, itu menyiksa banget. Kalau mandi kami bisa barengan.

Aku sering mandi bareng ikbal. Di antara teman kuli lain, aku paling akrab sama ikbal sebab usia kami tak jauh berbeda.

Kami berdua telanjang, ikbal tampak biasa, badannya bagus, berotot dan perutnya rata berbentuk meski belum sixpack banget.

Jembutnya lebat, dan penisnya layu. Berarti ikbal emang cowok normal, beda sama aku.

Berusaha nutupin kalau pas mandi bareng itu penisku ngaceng banget. Sesekali ikbal melihatnya, tapi dia tipe cowok yang gak terlalu banyak mengomentari, dia kalem dan cenderung pendiam.

-00-

Jemuran penuh sama baju-baju kuli yang tiap hari harus dikeringkan agar bisa dipakai lusa nanti. Begitu seterusnya.

Karena kami disini selama 3 bulan dan rata-rata hanya membawa pakaian ganti ala kadarnya.

Sembari menanti antrian kamar mandi, aku duduk di dekat jemuran, kulihat ada sesuatu yang aneh di pojokan.

Pak galih sedang coli dan dia melihatku, tapi dia hanya tersenyum sambil melanjutkan sampai spermanya muncrat ke tembok.

"3 bulan gak ketemu istri ya bisanya cuma coli," ucapnya.

Aku hanya menelan ludah, pak galih yang merupakan salah satu kuli senior itu begitu santai dan enjoy coli di dekat jemuran dan dilihat orang lain.

Malam harinya aku ceritakan kejadian itu pada ikbal dan responnya juga biasa.

"Udah biasa kayak gitu," jawabnya.

Ternyata benar, setelah pak galih giliran mas nurman, lalu cak samin yang kulihat coli di dekat jemuran.

"Yang lain pasti juga coli di kamar mandi," jelas ikbal.

Padahal itu baru minggu pertama kami mengerjakan proyek tersebut.

-00-

Pagi itu, kayak biasanya aku mandi bareng sama ikbal. Penisku tegang seperti biasa, tapi kali ini ikbal berkomentar.

"Kamu ngacengnya telat ya?"

"Hah maksudnya?"

"Biasanya cowok ngaceng pas bangun tidur, kamu malah pas lagi mandi."

Oh... ikbal sepertinya tak menaruh curiga apapun padaku, padahal aku ngaceng karena mandi bareng dia.

Ikbal pasti tak akan mengira hal itu karena kami kuli yang sama-sama cowok dan berperawakan jantan.

Tapi pagi itu kulihat ikbal membaluri penisnya dengan sabun lebih banyak dari biasanya, lalu mengocoknya.

Shit! Ikbal ternyata coli, namun tak terlalu lama pejuhnya keluar, banyak banget.

"Lega rasanya," ucapnya.

Lalu dia menyiram pejuh dan membersihkan area kelaminnya.

"Kamu gak coli sekalian?" tanya ikbal.

Aku hanya mengangguk pelan, lalu kukocok penisku sambil melihat ikbal mandi, sampe pejuhku muncrat jauh mengenai paha ikbal.

"Njirr, nyampe sini bro, udah lama banget gak keluarin ya?"

Bukan karena itu sih bal, tapi karena aku coli di dekat kamu yang tiap hari bikin penisku ngaceng.

By roman

Posting Komentar

0 Komentar