Tampan, gagah, nungging - serial pelangi



#6

"Kamu tampan dan gagah, seharusnya nggak perlu bayar mahal untuk hal ini," ucapku padanya.

Klienku kali ini berwajah sungguh rupawan, badannya tegap, gagah. Pasti dia punya banyak pengagum, entah kenapa dia menghubungiku.

"Nggak percuma bayar kamu mahal, kamu juga enak diajak ngobrol," jawabnya, meski tak langsung menjawab pertanyaanku.

Malam itu hujan cukup deras, kami berbincang banyak hal di balkon hotel. Dia adalah klien paling tampan yang pernah menghubungiku. Tapi aku tak habis pikir kenapa dia melakukan ini?

-00-

Tangannya dengan erat mencengkram sprei kasur yang sudah beringsut, sesekali berpindah memegangi meja. Desahan manjanya juga terdengar renyah.

Aku mensetubuhinya dari belakang, gaya doggy, sesekali kerendahkan tubuhku agar bisa memeluknya. Dia selalu protes saat aku menghentikan sodokan.

"Kenapa berhenti," protesnya dengan ekspresi wajah cute dan keringat yang basah di sekitar dahi.

Penisku tegang maksimal tanpa perlu poppers atau suplemen, ya karena botiku seorang yang tampan dan berwajah atletis.

Jarang-jarang aku memeluk klien, apalagi mengendusi leher dan sekujur tubuhnya.

Selain tampan, ia sangat terawat. Ketiaknya bersih tak berbulu, kulitnya juga kencang, badannya wangi. Saat kukenyot putingnya, sedikit pahit karena sepertinya dia terlalu banyak menyemprotkan parfum di bagian dadanya.

Lelaki tampan itu kesetubuhi selama hampir 2 jam. Durasi rata-rata seperti biasa.

Badan kami sudah kuyup oleh keringat, AC kamar kami matikan sejak tadi, namun jendela dibuka lebar.

Di luar hujan masih menderas. Kami istirahat sejenak, dengan tubuh masih telanjang aku nyalakan rokok dan menghisapnya sambil duduk di balik jendela.

Lelaki tampan itu mengusap badannya dengan handuk lalu mengambil segelas air di mini frezeer.

Dia bersiul, pandanganku beralih padanya yang sudah nungging sembari tangan memegangi sofa. Pertanda aku harus segera datang dan menggenjotnya lagi.

Extra time kami lebih dari 30 menit. Dia telentang di kasur dengan kaki ngangkang dan aku leluasa menggesek penisku di lubangnya yang sudah basah karena berulang kali dimasuki pelumas.

Dia memintaku memuncratkannya di wajah sebelum mengulumnya dan mencicipi sebagian spermaku yang landas cukup banyak menutup muka.

Lalu ia meratakan sperma itu di wajahnya. Aku merasa lelah sekali malam ini, mungkin karena durasi yang panjang.

-00-

Setelah mandi, aku duduk di sofa dengan masih mengenakan handuk hotel.

Dia juga sudah membersihkan diri dan menonton televisi. Lelaki tampan itu terlihat fresh.

"Thanks," ucapnya.

Aku hanya tersenyum, lalu mengenakan pakaian. Sebelum keuar kamar, dia memegang pundakku, kami sempat berciuman lama.

"Aku hanya butuh seorang top sepertimu," bisiknya.

Meski lebih 2 jam kusetubuhi, dia masih terlihat tampan dan manly. Aku baru sadar, mungkin selama ini yang mendekatinya lebih banyak boti. Padahal, dia juga boti kelas expert.

Baca kisah #7 hanya di blog ini

Posting Komentar

0 Komentar