Capek bf-an kalau isinya drama melulu - cerpen pelangi




"Kamu kenapa berubah sikap, udah punya kenalan baru ya?"

"Kok gak balas? Oh gitu, udah gak mau balas chat ku, ternyata kamu kayak gitu ya, cukup ngerti aja."

-00-

Itulah salah satu chat dari bf yang bikin aku males, dia selalu overthinking dan bikin hubungan jadi gak seru.

Padahal aku udah capek kuliah sambil kerja, pengennya sama bf itu manja manja dan nenangin diri, namun yang kudapat justru sebaliknya.

Meskipun ya kadang aku salah juga sih, karena pas lagi sibuk gitu ak matiin data, biasa pas lagi kuliah atau kerja aku ingin fokus dan tak ingin terganggu oleh chat di whatsapp.

Itulah awal mulanya pertengkaran kami, dia ngira aku lagi jalan sama cowok lain, padahal sumpah itu gak bener.

-00-

Semakin gak nyaman lagi pas kita ada masalah, dia selalu posting di sosial media, dan itu bisa sering banget.

Kadang dia bilang dicuekin pacar, punya pacar tapi ngerasa jomblo, sampai postingan terakhir yang aku bener bener marah sama dia yaitu, mungkin dia lagi asyik sama yang lain.

Sumpah! Itu bener-bener tuduhan keji, padahal status kami masih bf an. Kadang aku nangis baca postingannya di sosial media. Gini banget yak punya bf.

-00-

Awal mula kami jadian, emang indah banget, aku harus akui dia good looking dan awalnya kami asyik-asyikan aja sampai melakukan having fun.

Namun lambat laun, sikapnya jadi protektif. Aku sih masih nerima, karena masih berkaitan antara kami berdua.

Namun jadi tak nyaman ketika dia mulai posting masalah kami berdua ke sosial media yang terbuka untuk umum.

Kadang aku baca komentar-komentar yang memberikan dukungan padanya. Sabar ya, doain aja semoga dia sadar, dll.

Buset, seolah olah aku yang udah nyakitin dia, padahal aku udah jelasin kalau emang sibuk. Kuliah dan kerja, bahkan sorry ya kadang-kadang aku lah yang sering bayarin pas kita makan bareng, padahal aku botnya. Tapi itu juga aku gak masalah.

"Masa sibuk sampe segitunya," balasnya dengan ringan.

"Please yank, aku capek jangan bikin aku tambah capek dong dengan prasangka kamu kayak gini," balasku.

"Kamu pikir aku juga enggak capek?"

Bukannya meredam dia malah membuatnya makin panas.

-00-

"Itu tandanya dia sayang sama kamu," ucap temanku saat aku curhat tentang hubungan kami.

"Tapi kalau sayang kenapa aku tersiksa gini batinku," sahutku sambil menangis sesenggukan.

Jika dipikir pikir, hari hari kami lebih sering diwarnai percekcokan dan drama ketimbang hubungan mesra layaknya kekasih.

Pernah aku cuekin segala chatnya dengan tujuan agar gak jadi perang di antara kami.

Namun dia malah bolak balik nelepon, sampe akhirnya aku angkat.

"Yank, aku lagi kerja yank, nanti aja ya," ucapku.

"Kenapa bales chat aja gak mau sih, ajg."

Dia menutup telepon.

Di kamar mandi aku cuma bisa nangis, kerjaanku bener-bener berantakan. Ya Tuhan.

-00-

"Kita putus aja ya, sepertinya ini lebih baik," tulisku melalui whatsapp.

Dia lalu menelepon.

"Oh jadi selama ini bener ya, dugaanku, kamu udah punya yang lain," ucapnya.

"Terserah apa yang kamu bilang, pokok aku udah jelasin semua mau kamu percaya apa gak," jawabku.

"Kalau gitu kenapa ngajak putus?"

"Aku capek kalau tiap hari bertengkar terus, kuliah sama kerjaanku berantakan."

"Alesan aja."

"Terserah."

"Bangsat. Awas lo ya."

-00-

Sepertinya aku berkenalan dengan orang yang salah, aku tak sempat mempelajari latar belakangnya, juga sikap-sikapnya, aku hanya terpukau dengan paras rupawan dan badan atletisnya.

Sejak putus, aku justru dihinggapi rasa takut, takut diapa apain pas di jalan. Ya Tuhan, udah putus aja hidupku masih gak tenang.

Benar aja, pas baru pulang kerja, di gang kecil biasa aku lewat tiba-tiba ada yang narik kaosku sampe aku terjatuh. Ternyata itu dia.

Aku bener-bener ketakutan, meskipun kami pernah menjadi kekasih dan berhubungan seksual. Tapi aku sangat ketakutan.

Dia memberikanku tinjuan telak di area pipi yang membuatku tersungkur.

Sakit banget, kepalaku serasa muter 90 derajat, leher dan badan linu semua.

-00-

Sejak saat itu aku trauma banget bf an, termasuk trauma sama cowok cakep dan atletis. Aku perlu terapi mental tersendiri.

Selapas lulus kuliah, aku pilih pindah kerja keluar kota untuk memulai hidupku.

Aku masih menjaga jarak untuk tidak menjalin hubungan dengan sesama, aku lebih memilih menjomblo karena itu lebih membuatku tenang.

Meskipun manusia itu berbeda, gak semua top sejahat mantanku, tapi entah kenapa udah males aja. Kadang-kadang aku ingin sekedar having fun dan gak mau menjalin relasi lebih serius.

By uma

Posting Komentar

0 Komentar