Hampir jam 1 malam dan kak Tuval masih melahap penisku dengan penuh gairah, dia mengulumnya sambil memelintir putingku.
Aku tak tahan dan semburan sperma pun membanjiri wajah manisnya.
"Sorry... sorry..."
"Its oke..."
-00-
"Silahkan masuk."
Lelaki itu mempersilahkan masuk untuk sesi interview. Aku duduk di depannya, dia tersenyum, lalu melanjutkan.
"Langsung aja ya, saya sudah melihat beberapa desain kamu, dan ..."
Dia menghentikan bicaranya, mata kami saling menatap, lalu tersenyum sejenak dan melanjutkan apa yang harus ia bicarakan secara formal denganku.
Ini wawancara kerja, dan aku harus bisa memposisikan diri, meskipun pria di depanku ini bukan sosok asing bagiku. Bukan sama sekali.
"Mulai besok kamu bisa masuk," pungkasnya sambil mempersilahkanku untuk keluar.
- 00-
Tak lama setelah lulus kuliah aku langsung hijrah ke Ibukota dan melamar ke media besar ini sebagai desain grafis.
Pengalamanku menjuarai beberapa lomba desain produk tingkat nasional memudahkan langkahku di sini.
Keinginanku hanya bekerja secara profesional, baru aku tahu bahwa narahubung dan staf rekruitmentnya bukan sosok asing bagiku.
"Bukannya ini kak Tuval?" Batinku saat melihat nama dan nomor ponsel di website, dan ada fotonya.
Aku tak ingin memengaruhi perasaan dan anggap saja aku tak pernah mengenalnya, dia mungkin juga sudah lupa denganku. Hampir 5 tahun kami tak bertemu dan itu waktu yang cukup untuk saling melupakan. Meski ... tidak denganku.
Setelah interview kerja dan diterima, aku tak ingin langsung kembali ke kos, aku ingin menikmati kafe lantai atas sambil melihat view Ibukota, menikmati segelas Mojito.
Aku niatkan ke ibukota untuk bekerja, dan kak Tuval bukan suatu yang terprediksi sebelumnya. Aku bahkan tak tau jika dia bekerja di sini. Shiitt...
- 00-
Saat sedang asyik menikmati pemandangan, tiba-tiba seorang duduk di depanku. Tak hanya membuatku terkejut, namun dadaku berdegub lumayan kencang.
"Lama gak ketemu, Fal," sapanya.
Nama kami memang hampir sama. Tuval dan Nafal.
"Iya," jawabku singkat.
Kami canggung, eh tepatnya aku yang gugup dan canggung memposisikan diri saat ini.
"Jangan salah sangka," lanjutku.
"Salah sangka?" Kak Tuval terlihat bingung.
"Aku kerja di sini bukan karena ... eh maksudku, aku gak tau kalau kakak juga kerja di sini, jadi ..."
"Oh soal itu, santai aja."
Aku beranikan diri menatap wajahnya. Gaya rambutnya tak banyak berubah, semi formal belah samping, hanya saja kulitnya tampak lebih mulus dibanding dulu.
"Tinggal di mana?" tanyanya.
"Ngekos aja."
"Kos di mana?"
"Emang kenapa?"
"Oke oke... kalau gak mau kasih tau gpp kok. Selamat ya, udah kerja di sini."
Tuval tersenyum, dan masih semanis dulu... shiitt...
Tak lama kemudian sepiring nasi lauk ayam tepung tersaji di meja, lengkap dengan saus, acara dan daun selada.
"Udah makan?" tanyanya.
"Oh... santai aja, masih belum pengen."
"Diet?"
"Hah?"
"Kamu gemukan sekarang."
Shiiit. Hampir 5 tahun tak bertemu, obrolan macam apa ini.
- 00-
Pertemuan dengan Kak Tuval membuat emosiku teraduk aduk. Seperti tak terjadi apapun, sama saat kami bertemu pertama kali sekitar 7 tahun silam.
Saat itu, dia menjadi panitia lomba desain logo kampus. Aku masuk 3 besar dan harus mempresentasikan di depan para juri dan rektor.
Kak Tuval adalah panitia yang mempersiapkan sesi presentasi, termasuk yang menyiapkan akomodasi para peserta.
Itulah awal kami berkenalan, saling menyapa dan berbalas komentar di sosial media. Setelah lomba selesai dan desain logoku memenangkan lomba itu, hubungan kami masih berlanjut.
Aku mendapat beasiswa dan berkuliah di kampusnya. Dia membantu segala keperluanku saat itu, termasuk mencarikan kos yang cocok buatku.
Namun itu adalah tahun terakhir dia kuliah, dan aku baru masuk tahun pertama.
Kami beda fakultas, dan suatu saat aku menginap di kosnya, dia kedapatkan menonton BL Thailand dan itulah awal kami saling terbuka soal orientasi seksual.
Sejak itu hubungan kami semakin akrab, bahkan seperti kakak dan adik, dan sepertinya akulah yang awal membuka perasaan ini.
Sepertinya aku suka kak Tuval. Suka sekali, dan itu kuutarakan langsung.
"BF an?"
Kak Tuval terkejut dan lekas tertawa.
"Aku serius kak."
Kak Tuval diam sejenak, menghelas nafas.
"Emang harus BFan ya Fal?"
"Kenapa? Kakak udah ada bf?"
"Bukan soal itu ..."
"Lalu soal apa?"
Kami terdiam sejenak, saling menatap.
"Fal... dengerin, kakak ..."
"To the point aja, kakak mau gak bf an sama aku?"
Kak Tuval terlihat bingung menjawabnya. Ia hanya diam dan mengalihkan pandangan ke segala arah.
"Kakak udah punya bf kan?" desakku.
Kak Tuval mengangguk pelan.
"Oh gitu, ya udah."
Saat itu hubungan kami merenggang, padahal sebelumnya sangat akrab. Aku bahkan tak tau kalau kak Tuval punya BF, dia sangat pandai menjaga privasi.
Baru aku tau kalau BF kak Tuval adalah seorang manager sebuah minimarket.
- 00-
Kak Tuval berulang kali menghubungiku dan mengundangku syukuran wisudanya. Namun aku tak meresponnya.
Aku tahu hari ini adalah hari spesial baginya, dia wisuda dan akan hijrah ke Ibukota tak lama lagi.
Dua hari setelah wisuda, aku menghampiri kosnya. Beberapa kardus sudah terpacking, namun kak Tuval masih ada di situ hingga 2 hari kedepan.
Aku mematung di depan pintu, berdiri menunduk seperti anak kecil sampai kak Tuval membuka pintu dan kaget melihatku di depan kosnya.
"Malam ini aku nginep di sini ya, untuk yang terakhir," pintaku.
Kak Tuval mengangguk.
Malamnya kami tak bisa tidur, kami terjaga sambil berbincang sederhana, terutama soal dunia pelangi.
"Kakak pake aplikasi?"
"Pernah install, tapi sekarang enggak," jawabnya.
"Iyalah, buat apa kan kakak juga udah punya bf."
"Hmm..."
"Oya role kakak apa?"
"Kenapa tanya gitu?"
"Pengen tau aja."
"Hehehehe."
"Kok malah ketawa?"
Kak Tuval tak menjawab.
"Oya kak, kalau kakak pindah nanti, kakak LDR dong sama bf kakak?"
"Ya gitulah."
"Enak dong kak punya bf?"
"Kenapa tanya gitu."
"Kalau lagi pengen ada pelampiasannya."
"Aku tau kamu pasti penasaran banget kan Fal."
Kak Tuval mendekatkan tubuhnya, dan entah kenapa dadaku berdegub kencang. Dia menatapku dari samping, dan aku pun melakukan hal yang sama.
Kami saling menatap cukup lama sampai satu pagutan mesra terjadi. Bibirku dan bibir kak Tuval bersentuhan lembut, saling melumat.
Secara reflek lenganku memeluk lehernya, malam itu kami semakin tak terkontrol dan kak Tuval melepas kemeja hitamku.
"Brondong berotot," bisiknya.
Ini adalah kali pertamanya aku melakukan ini dengan seseorang, dan itu adalah kak Tuval.
- 00-
Setelah memasang kondom dan melumurinya dengan pelumas, kak Tuval menancapkan lubang anusnya ke penisku.
Pinggulnya naik turun, aku tertidur dan merasakan sesuatu yang nyaman menggesek penisku.
Kak Tuval meraih tanganku dan mengarahkan jari-jariku ke putingnya. Dia memintaku memelintir sambil pinggulnya naik turun.
Keringat kami mengucur deras, berpadu satu sama lain, kipas angin yang terus menyala tak lekas mengeringkannya, playlist lagu-lagu Keane menambah mesra malam yang menyenangkan itu.
- 00-
Hampir jam 1 malam dan kak Tuval masih melahap penisku dengan penuh gairah, dia mengulumnya sambil memelintir putingku.
Aku tak tahan dan semburan sperma pun membanjiri wajah manisnya.
"Sorry... sorry..."
"Its oke..."
Aku mengelap wajahnya sampai bersih, dan kami berebah berdua di ranjang yang lembah karena keringat.
"Kontolmu bagus Fal, keras berurat," ucapnya.
"Kakak suka?"
Kak Tuval lantas tertawa getir.
"Kalau lagi pengen, kak bisa pake kontolku, aku sayang sama kakak," lanjutku.
"Tapi ini salah... gak gini harusnya."
"Hah? Aku sayang sama kakak, sejak pertama aku udah suka sama kakak."
"Kenapa kamu suka sama kakak?"
"Apa ya, ah... kakak manis, cakep, pinter dan nyenengin, pokok itulah."
"Ooo jadi itu."
"Kalau kakak kenapa suka sama aku... e maksudnya kenapa kakak mau ngelakuin ini sama aku."
"Kamu brondong dan badanmu bagus."
"Hah?"
"Fal, pasti banyak boti yang suka sama kamu, kamu bisa dapetin bf dengan mudah."
"Tapi aku sukanya sama kakak."
"Gak bisa Fal."
Setelah itu, kami tak lagi berhubungan. Pesanku tak pernah dibalas sama sekali sama kak Tuval, begitupun komentar dan DM ku di sosmed.
Akhirnya semua sosmednya Kak Tuval aku blokir, aku tersiksa dan merasa patah hati, sejak kak Tuval pindah hari-hariku tak menyenangkan seperti dulu.
Sesekali aja aku buka aplikasi dan bertemu boti yang mau ku ewe, terus begitu, dan posisi kak Tuval tak pernah terganti.
Kami sekarang malah bertemu kembali .... apa yang akan terjadi selanjutnya?
B E R S A M B U N G
0 Komentar