Aku Tulus, Sayangnya Jelek | Cerita Pelangi







"Padahal aku tulus," ucapku.


"Ha, apa dasarnya kamu bilang tulus?" sahut Moyes.


"Ya ... aku bisa nerima dia apa adanya, aku gak menuntut lebih, ya gitu lah," jawabku.


"Ya jelas lah kamu mau nerima dia apa adanya, dia kan cakep, body oke, mudah banget nerima seme kayak dia," sambung Dicky.


  - 00-


Entah kenapa aku baper banget sama Jery, terutama sejak kami meeting buat acara dies natalis kampus, saat itu di sebuah kafe, aku berdiri di depan untuk menanti angkot.


Jery lewat dan menawarkan boncengan, padahal kami indekos di arah berlawanan.


"Udah gue anterin gpp," ucapnya.


Aku pun menaiki motor scoopy Jery dan bau parfumnya menguar.


"Udah?"


Motor itupun melaju dengan gesit di jalanan.


"Pelan-pelan Jer," pintaku.


"Sorry sorry, gue gak tau kalau lu takut naik motor cepet."


Padahal aku gak bilang gitu. Pelan-pelan maksudnya biar waktu berdua ini lebih lama.


Pas Jery ngebut tadi, aku pegangan pundaknya, dan aku ngerasain pundak yang keras dan kokoh.


Andai bisa pegangan perutnya, apa kotak-kotak sixpacknya juga akan kesentuh? Intinya aku senang banget bisa dibonceng Jery.


  - 00-


"Jery itu seme, kemaren aku ketemu di app," Moyes membuka percakapan yang membuatku antusias.


Dia perlihatin profil cowok selfie shirtless depan cermin, dan meski sebagian wajahnya tertutup, jelas itu emang Jery.


"Bisa jadi orang lain yang pake foto dia," sanggahku.


Moyes lalu menunjukkan postingan linimasanya, termasuk hari waktu kami rapat panitia dies natalis.


"Ini kan di kafe pas kita rapat kemaren kan?" jelasnya.


Foto-foto di app ini emang gak ada di instagram Jery. Karena penasaran aku pun install aplikasi dan chat dia.


Rada malem dia membalas dan kami terlibat interaksi sampai bertukar foto privat, dan benar aja dia Jery. Aku pake foto orang lain, karena tak PD aja kalau sampe Jery tau.


"Kamu cakep mas," responku.


"Lu juga cute," balasnya.


"Udah punya bf?" tanyaku.


"Gue gak bf an bro."


"Lha terus?"


"Just for fun."


"Owh. Role kamu apa?"


"Top."


Dia fast response, andai dia tau kalau yang chat ini aslinya aku yang jelek ini, apakah juga akan fast response?


  - 00-


Dalam kepanitiaan dies natalis, aku dan Jery satu sie acara, hanya beda pembagian. Dia bagian pensi dan aku bagian prepare lokasi, tapi kami sering berkoordinasi.


Seusai rapat dia nyamperin aku.


"Langsung balik?" tanyanya.


"Iya mungkin."


"Cari makan bentar yuk," ajaknya.


Aku cuma bengong dengan ajakannya.


"Kok bengong? Ntar gue anterin lagi ke kos lu, atau udah ada janji sama temen?"


Aku menggeleng, dan aku masih heran kenapa Jery nyamperin aku dan bukan anak lainnya.


Dia ngajak aku ke kedai mie ayam wonogiri kesukannya, dan aku serasa lagi kencan sama cowok super cakep yang pas masuk kedai udah jadi perhatian banyak orang.


"Kos kamu daerah mana sih?" tanyaku di sela kami menikmati mie ayam.


"Serayu."


"Iya tau maksudku, pasnya dimana?"


"Mau mampir?"


Entah kenapa pertanyaan itu membuatku degdegan. Ngapain mampir ke kosnya, mau having fun?


"Kok bengong?"


"Eh eng ... enggak cuma tanya aja."


Lalu dia menjelaskan detail lokasi kosnya.


"O daerah situ."


"Tau?"


"Pernah lewat."


Kami pun selesai makan, Jery yang bayarin, dan lanjut dia nganterin ke kosku.


"Gak mampir?" tawarku.


"Ehmm.." dia melihat jam tangan. "Boring juga sih di kosan gue," lanjutnya.


"Mampir aja, pulang ntar malem," pintaku.


"Kalau nginep?"


"Ha?"


Sumpah, ini malah bikin aku makin degdegan.


"Gak boleh ya?"


"Ehm.. bo... boleh kok."


  - 00-


Hari ini Jery main di kosku, dia bahkan numpang mandi, padahal kos kami berada di luar bersama penghuni kos lainnya.


  - 00-


"Jadi kalian gak ngapa-ngapain?" tanya Dicky saat aku cerita Jery nginep di kosku.


"Enggak lah," jawabku.


"Sangat disayangkan," sambung Moyes.


"Apaan sih."


"Pelukan juga engga?"


"Engga."


"Nyepong kontolnya?"


"Gilak lu ya."


"Tapi seneng kan bisa liat dia buka baju?"


"Sumpah deh, emang boti kayak kita serendah itu ya?"


"Gue bukan boti, enak aja," protes Dicky.


"Loe kan boti berkedok vers," celetuk Moyes sambil ngakak.


Makin kesini, aku terus mikirin Jery. Sepertinya aku suka sama dia. Apa karena dia cakep?


Kalo cakep, si Moyes juga cakep, tapi aku gak mungkin suka sama sesama boti.


Apa karena dia seme? Tapi ada banyak seme cakep di app, tapi gak se interest Jery.


Jery cakep, asyik diajak ngobrol, udah nganterin aku ke kos, nraktir mie ayam, perhatian. Mungkin itulah yang bikin perasaan suka ini muncul.


Sayangnya, mana mungkin dia suka sama aku? Aku jelek, body gak karuan, gak kayak Dicky yang slim berotot.


Di antara kami bertiga, sepertinya aku yanf paling memprihatinkan.


By Yujin

Posting Komentar

0 Komentar