K0nt0l Suamiku, Obat Pelepas Lelah dan Stres Paling Mujarab | Kisah Pasutri




"Jadi gajimu lebih besar dong dari suamimu?"


Teman-temanku banyak yang heran kenapa aku mau nikah dengan Tama.


Dia hanya pekerja kasar, pendidikannya juga tak tinggi. Banyak yang bilang kalau aku harusnya dapet yang setara.


Tapi, aku tak berpikir gitu.


Sebagai wanita karir, aku tak merisaukan soal keuangan, dan sejak awal aku juga tak terlalu berharap Tama bisa memenuhi itu.


Aku bisa menghidupi diriku sendiri dengan pekerjaanku. Tapi aku punya interest tersendiri sama Tama.


Dia berkulit coklat, berbadan atletis, kumis tipis dengan kontol keras dan kokoh.


Tama adalah cowok tipe kuli yang memang aku inginkan, dia bisa memberi nafkah batin yang tak bisa aku cari sendiri.


Tiap kali melihatnya telanjang, gairahku meletup-letup, vaginaku berdenyut-denyut dan genjotan Tama melengkapinya.


Sejak menikah, semua sempaknya aku ganti dengan Gstring men. Dia protes, tapi setelah dipakai merasa nyaman, dia jadi keterusan.


Dia tampak seksi dengan sempak Gstring dan itu membuatku horni. Itulah fetishku, melihat Tama sempakan doang pake Gstring.


Aktivitas ranjang kami sangat berkualitas, aku bisa bermanja ria dengan Tama. Bahunya yang kokoh membuatku nyaman digendong, bergelayutan, atau ditindih lembut.


Penisnya yang kaku memberikan daya koyak yang membuatku mendesah panjang.


Jika capek karena urusan pekerjaan, Tama selalu bisa membuatku rileks dengan kejantanannya.


Bau tubuhnya yang maskulin, lengan berotot, perut kotak-kotak dan sperma kental yang berjatuhan di perutku adalah penawar letih dan stres terbaik, dan itu hanya milikku.


  -00-


Teman-temanku tak akan memahami itu. Dia hanya akan melihat Tama sebagai seorang pekerja kasar bergaji lebih rendah dari kami.


Tapi, mereka tak bisa melihat betapa ahlinya Tama di atas ranjang, betapa panjang durasi keintiman yang kami lakukan tiap akhir pekan hingga kontolnya basah kuyup oleh cairan vaginaku.


Sejak menikah, hari sabtu adalah hari menyenangkan bagiku karena itulah waktu quality time dengan suamiku.


Kadang kami berlibur ke suatu tempat dan menginap semalam, kadang cukup di kamar tidur yang sudah kami desain kedap suara.


Tama juga penurut, dia mau aku suruh pake kondom.


"Kita jangan punya anak dulu ya, tunggu dua tahun," pintaku.


Dia mengangguk. Lagipula kami pasangan muda. Usiaku 25 dan Tama 27. Hasrat seksual kami masih tinggi-tingginya.


20 tahun kemudian


Tama membuka bajunya dan tubuhnya masih cukup bagus, padahal anak kami baru lulus SMA dan akan segera kuliah.


Aku hidup bahagia dengan Tama dan dia masih sangat menggairahkan di usia 47 tahun.


Sempaknya juga masih model Gstring. Aku sekarang naik menjadi manager dan tentu gajiku sudah berkali lipat lebih tinggi dari Tama.


Tapi itu bukan soal. I love him. Tama telah banyak berjasa dalam karirku dan aku anggap keberhasilan ini adalah keberhasilan kami berdua.


Tama berperan di balik layar untuk menunjang produktifitas kerjaku. Tama sudah bagian dari hidupku. Dia tipe lelaki yang sangat aku inginkan dan aku tak akan melepasnya begitu saja.


By Cassandra

Posting Komentar

0 Komentar