Tak Tega Menjamah Bian - Cerpen Pelangi




"Kasihan dia ya," ucap ibuku setelah melihat bian lewat rumah.


Bian, dia adik kelasku, orang tuanya meninggal karena covid, sementara dia anak tunggal.


Kini dia tinggal di rumah sendiri, hanya 3 ekor kucing yang menemaninya.


Bian itu anaknya pemalu, dan sissy alias agak melambai, kulitnya putih, suaranya lembut dan gaya berpakaiannya mencolok.


Saat sekolah dia sering dikatain banci, tapi aku gak pernah melakukan itu. Kami tetanggaan dan sering berpapasan saat berangkat sekolah, bahkan sampe sekarang saat kami udah kuliah.


Paling-paling Bian hanya menyapa ala kadarnya, dia sangat pemalu anaknya.


Aku tau Bian uke saat membuka aplikasi, dia menggunakan foto asli meski wajah tak terlihat, tapi rambut dan gaya berpakaiannya jelas itu Bian. Jaraknya juga hanya 500m.


Bian pernah melihat profilku, tapi dia gak pernah chat. Dia mungkin juga tak tau kalau itu aku, sebab aku pakai foto pemandangan. Sementara ada beberapa anak muda di radius 500m dari rumahnya.


Bian tak mungkin menebak itu aku karena gestureku yang manly plus aku ikut bela diri.


Mungkin itu salah satu alasan Bian tak mau akrab denganku meskipun rumah kami berdekatan, hanya terpaut 3 rumah. Bian dan aku seperti dua orang dari planet yang berbeda.


Tapi entah kenapa aku ingin chat dia, say hello aja, dan bian ternyata fast respons. Kukira dia bakal cuek.


Lalu aku kasih tau dia siapa aku, dan bian terkejut.


"Ternyata mas," responnya.


Aku kira bian bakal cuek dan tak akan meresponku setelah tau jika nick itu aku, tapi ternyata tidak. Kami bahkan sampai tuker nomor wa.


-00-


Aku main ke rumah bian, dia sedang bergurau dengan 3 kucingnya yang lucu, aku hanya tersenyum melihatnya.


Ya, bian emang melambai, badannya slim ramping, tapi wajahnya manis. Tetangga juga banyak yang bilang andai bian itu "cowok banget" pasti dia tampan.


Bian juga punya wajah yang mulus, dia perawatan khusus, maklum lah bian dari keluarga berada, ortunya orang penting, rumahnya aja bagus, meski dia sekarang tinggal sendirian.


Kami rebahan di ruang tengah sambil ngobrol-ngobrol, bian tak menyangka jika aku juga sama dengannya. Haha.


"Tapi mas e baik kok menurutku," ucapnya.


"Oia?"


Setelah aku berbincang dengannya, bian sebenarnya gak ngondek-ngondek amat seperti dugaanku ternyata.


Bian memang menutup diri karena dia merasa insecure, yang kutahu bian banyak berteman dengan perempuan, mungkin karena itu dia dianggap banci.


"Aku mau cerita sesuatu deh," lanjut bian.


"Apa?"


"Jangan marah ya."


"Apaan sih."


"Dulu aku pernah suka kamu."


"Ha?"


"Iya, menurutku dulu kamu itu cowok paling baik yang gak pernah jahatin aku kayak yang lain, bahkan pernah ngayal kalo aku punya pacar kayak kamu, tapi itu gak mungkin," akunya.


Aku hanya tersenyum.


-00-


Aku peluk tubuh bian yang ramping, harum banget, lalu aku endus-endus bagian telinga dan lehernya. Bian gemeteran pasrah.


Detak jantungnya berdegub kencang sampai terdengar.


"Kamu degdegan ta?" bisikku.


Bian menganggukkan kepala sambil tersenyum malu. Ini first time baginya, dan aku menjamah bagian tubuhnya.


Anjirr, bian gak cuma putih, tapi mulus banget badannya. Bibir dan lidah kami pun bergelut mesra, bian tampak menikmati.


Tapi dia terlihat mengeluarkan air mata.


"Kamu kenapa?"


"Gak apa-apa mas, aku cuma terharu aja, selama ini aku kesepian banget sejak ortu gak ada, dan ini kayak ngobatin kesepianku," jawabnya sambil meluk erat tubuhku.


Bian memintaku untuk menyetubuhinya, tapi aku menolak.


"Kenapa?" tanyanya.


Gak tau kenapa aku gak tega aja melakukan itu ke bian. Apalagi saat aku lihat 3 kucingnya lagi tidur manja di samping ranjangnya.


Kadang aku ngerasa lucu aja lihat bian lagi bersama 3 kucingnya, cute aja, meskipun aku pribadi gak terlalu suka memelihara kucing. Tapi rasanya gemes aja, bukan sama kucingnya, tapi sama bian.


By Riky

Posting Komentar

0 Komentar