Bahkan Aku Masih Ingat Bau Semvakmu - Kisah Pelangi





Ponsel Reza berdering saat kami sedang bersetubuh sore itu, di kamar kosku yang sepi.

Kontolnya sedang maju mundur mengoyak lubangku yang berdenyut nikmat.

Dia menghentikan genjotannya dan mengangkat telepon itu. Kontolnya masih tertancap di lubangku.

"Iya bentar lagi aku kesana," ucapnya.

Dia menatap ke arahku.

"Aku udah ditunggu temen-temen band, mereka udah di studio," katanya kepadaku.

"Yaudah klimakin."

Reza lanjut menggenjot dengan ritme cepat, lalu dia mengerang panjang sambil mendekapku.

Tubuhnya kupeluk mesra sambil kuelus kepala belakangnya, sebuah ciuman kudaratkan di pipinya.

"Aku langsung geser ya," bisiknya.

Aku mengangguk dan dia pun mencabut penisnya pelan. Ujung kondom sudah terisi cairan putih.

Dia lekas pake sempak, celana jeans dan kaos oblong, mengenakan jaket cardigannya dan mencium keningku.

"Aku pergi dulu," pamitnya.

  - 00-

Reza adalah vokalis band kampus dan hari ini dia ikut kompetisi.

Aku duduk di tribun, mengamatinya yang mulai tampil membawakan sebuah lagu yang ia ciptakan berjudul : Sepotong Hati yang Kuinginkan.

Suaranya yang khas bariton voice membuat para cewek histeris. Di atas panggung, Reza adalaha cowok maskulin dengan wajah manis.

Tepuk tangan meriah mengapresiasi penampilannya. Setelah ini, mungkin dia akan semakin terkenal, follower instagramnya juga semakin bertambah.

  - 00-

"Kamu di kos?" tanya Reza.

"Aku ada jadwal pemotretan," jawabku.

Akhir-akhir ini kami disibukkan oleh aktivitas masing-masing, apalagi aku ada project iklan dan beberapa pemotretan produk.

Sejak lagu Reza meledak, jadwal manggungnya juga semakin banyak, undangan ke sekolah dan kafe-kafe, kami jarang ketemu.

"Udah 3 bulan kita gak ketemu, gua kangen elu," tulisnya.

Hubungan kami sebenarnya sangat terbatas, bahkan cenderung kami rahasiakan.

Di kampus, kami juga jarang berinteraksi. Jangankan jalan bareng mesra-mesraan, makan di warung berdua aja kami gak pernah?

Why? Kami berdua adalah orang yang cukup populer di kampus, dan entah kenapa kami tak ingin terlihat akrab.

Tapi, sebenarnya, kami saling membutuhkan satu sama lain, mungkin begitu.

"Masih sibuk?"

"Besok aku ada jadwal kuliah siang, sorenya langsung briefing konten, kalau sabtu?" balasku.

"Sabtu gue ada jadwal manggung," balasnya.

"Sehari full?"

"Malem."

"Pagi sampe sore kan bisa."

"Latihan, dan ada janji ke studio."

Ya begitulah percakapan kami akhir-akhir ini. Kami punya kebutuhan biologis yang perlu dilampiaskan, dan Reza adalah sosok yang tak semudah itu tergantikan.

Dia tampan, tentu saja, setara denganku. Setidaknya begitu, selera menyesuaikan. Sejak kenal Reza, aku mengacuhkan segala DM yang berbau pelangi.

Aku udah punya Reza, kurang apa? Tampan, bersih, wangi dan fashionable. Kontolnya juga enak. Favoritku adalah mengendus kontolnya yang masih terbungkus sempak.

Ada bau khas, dan aku selalu ingat bau itu.

By Adhe


Posting Komentar

0 Komentar