Teman Dekatku Saat Kami Jadi Kuli Proyek - Kisah Pelangi





Namanya Dimas. Di antara pekerja lainnya, usia kami tak terlalu jauh. Saat itu aku 19 tahun, dan Dimas 21 tahun.

Lainnya, berusia di atas 26 dan 30 tahun. Karena relatif seumuran, kami berdua pun lebih akrab.

Selama 3 bulan kedepan, kami akan berada di lokasi proyek, dan mandor telah menyewakan rumah untuk kos sementara.

Jangan dibayangkan itu kos berupa kamar-kamar tersekat. Itu hanya ruangan yang digelari tikar, karena jumlah pekerja lumayan banyak, harus ada yang mengalah tidur di ruang belakang, sepetak ruang di dekat dapur.

"Tyo dan Dimas aja ya, cukup untuk dua orang," jelas ketua tim pekerja.

Sepetak ruang itu ternyata untuk menyimpan barang-barang, tapi pekerja sudah biasa tidur di atas tikar berhimpitan.

"Udah pernah kerja di proyek sebelumnya?" Tanya Dimas.

"Udah, tiga kali, lalu diajak tetangga ikut proyek ini," jelasku.

Meski baru berusia 21 tahun, badan Dimas terlihat sangat berotot, perutnya juga ramping rata.

Ini kali pertama aku kerja proyek yang jauh dari rumah dan harus nginap, sebelumnya cuma di area kabupaten yang aku masih bisa pulang pergi.

Aku bekerja agar bisa nabung buat biaya kuliah, dan kerja kayak gini dihitung harian. Cukup lumayan, meski membutuhkan fisik yang kuat.

  - 00-

Dimas mengeluarkan handuknya dari dalam tas dan melepas celana pendeknya.

Dia hanya mengenakan sempak tipis dan aku melihat betapa ideal bentuk badan Dimas dari atas sampai bawah.

Dia menyarungkan handuknya dan hendak membuka pintu.

"Nggak mandi?"

"Iya habis ini, kamu dulu."

Di rumah ini kamar mandi hanya dua dan terlihat antrian. Semua pekerja shirtless dan sepertinya dari semua pekerja, Dimas lah yang bentuk badannya paling ideal.

Kak Supri yang masih berusia 26 tahun pun perutnya udah buncit, meskipun lengannya masih terlihat gempal berotot.

  - 00-

"Tadi mandi dimana?" tanyaku pada Dimas.

"Deket sini ada sungai ternyata, lumayan jernih karena sampingnya sendang."

Lagi-lagi Dimas melepas handuknya, sempak tipis itu kembali tampak dan cukup kering. Berarti tadi pas di sungai Dimas telanjang?

Ketua tim memanggil kami karena pesanan nasi bungkus telah datang, nasi padang 10rb an sebagai menu makan malam kami.

Dilanjutkan penjelasan singkat terkait proyek dan setelah itu ngobrol-ngobrol santuy antar sesama pekerja.

Kami saling bercerita satu sama lain, pengalaman di proyek-proyek sebelumnya, hingga bercerita keluarga.

"Kalian masih bujang paling," seloroh Pak Jazul.

"Anakku udah satu pak," jawab Dimas.

Aku terkejut. Ternyata Dimas udah nikah, di usia 21 tahun bahkan udah punya anak. Anaknya udah berusia 3 tahun malah.

"Cewek apa cowok?" tanyaku.

"Cewek."

Waktu menunjukkan jam 11 malam dan kami bubar.

"Istirahat-istirahat, besok kerja."

  - 00-

Aku berebah di samping Dimas yang sudah tertidur. Ia hanya mengenakan singlet dan celana pendek jeans yang dipotong selutut.

Dari samping Dimas cukup tampan, meski kulitnya coklat gelap dan kasar, namanya juga pekerja.

Aku pun begitu. Sambil melihat lenganku yang berotot dan telapak tangan kasar. Aku tak jauh beda, namun wajahku masih lumayan mulus, mungkin karena gen.

1 bulan berjalan
...

Lanjutkan baca:
Bagian 1 KLIK DISINI
Bagian 2 KLIK DISINI
Bagian 3 KLIK DISINI
Bagian 4 KLIK DISINI
Bagian 5 KLIK DISINI
Bagian 6 KLIK DISINI

Posting Komentar

0 Komentar