Semvak yang Tertinggal di Kosku (bagian 4)
Bagian 4
Setelah selesai latihan karate yang cukup menguras tenaga, Arhan memutuskan untuk mampir ke kos Zayan.
Saat ia tiba, Zayan tampak sibuk di depan laptopnya, menggunakan headphone, dan tampaknya sedang mendengarkan lagu.
Di layar, terlihat sebuah pamflet digital penuh warna yang sedang dia desain.
"Yan, gue numpang mandi ya. Gerah banget nih," ujar Arhan sambil melepas jaketnya.
Zayan melepas satu sisi headphone-nya. "Oh, yaudah. Kamar mandi di belakang, Han. Handuk ada di gantungan."
Arhan mengangguk, langsung menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian, suara gemericik air terdengar dari belakang kos. Sementara itu, Zayan kembali fokus pada desainnya.
Tak lama, Arhan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan celana pendek. Rambutnya masih basah, meneteskan sisa air yang menambah kesan segar.
Dia duduk di samping Zayan sambil menggosok-gosok rambutnya dengan handuk kecil.
"Han, gue saranin lo pake baju deh. Ntar masuk angin," ujar Zayan tanpa menoleh dari laptopnya.
Arhan hanya terkekeh. "Ah, santai aja. Kos lo nggak dingin kok. Lagian, gue baru mandi, males pake baju basah lagi."
Zayan akhirnya menoleh, dan refleks matanya tertuju pada tubuh Arhan. Otot tricep dan bicepnya tampak jelas, berukuran proporsional dengan lekukan yang tegas.
Dadanya bidang, perutnya berisi six-pack yang terlihat tanpa usaha berlebihan.
"Wajar sih, lo atlet karate," komentar Zayan sambil mengangguk pelan, nada suaranya setengah bercanda.
"Gue yakin semua orang yang liat badan lo bakal iri, Han."
Arhan tertawa kecil. "Ah, lebay lo. Ya emang latihan karate bikin badan gue kayak gini. Tapi nggak semuanya dari olahraga, kok. Kadang gue juga suka nge-gym."
Zayan mengangguk, kembali menatap layar laptop. "Keren sih, Han. Gue malah kayaknya udah lama nggak olahraga. Ngeliat lo jadi bikin gue pengen coba push-up lagi."
"Push-up? Kalau lo mau mulai, gue bisa ngajarin," tawar Arhan sambil merenggangkan otot bahunya. "Biar lo nggak kaku duduk terus depan laptop."
"Ah, nanti aja deh. Gue fokus dulu ke pamflet ini. Tapi serius, Han, lo cocok banget jadi atlet atau model iklan minuman energi. Coba deh lo apply."
Arhan menggeleng sambil tertawa. "Nggak ada niat, Yan. Gue lebih suka latihan dan tanding aja. Kalau soal pamflet lo itu, perlu bantuan? Gue nggak jago desain, tapi siapa tau bisa kasih ide."
Zayan tersenyum kecil, merasa percakapan dengan Arhan selalu ringan tapi menyenangkan.
"Nggak usah, Han. Tapi makasih, ya. Udah numpang mandi malah nawarin bantuan. Lo emang nggak ada tandingannya."
Mereka pun tertawa bersama, dan suasana di kos malam itu terasa hangat meski udara di luar semakin dingin.
Bagi Zayan, kehadiran Arhan adalah jeda menyenangkan di sela kesibukan.
Bagi Arhan, momen seperti ini adalah hal kecil yang membuatnya merasa lebih dekat dengan Zayan, tanpa perlu usaha berlebihan.
Posting Komentar untuk "Semvak yang Tertinggal di Kosku (bagian 4)"