Semvak yang Tertinggal di Kosku (bagian 5)
Bagian 5
Entah apa yang sekarang dirasakan Arhan. Setiap kali bersama Zayan, ada rasa nyaman yang sulit ia jelaskan.
Mereka sudah sering menghabiskan waktu bersama, mulai dari diskusi kecil soal hobi hingga perdebatan ringan soal film atau musik.
Namun ada sesuatu pada Zayan yang membuat Arhan merasa ia ingin terus berada di sekitarnya.
Ia bahkan merasa senang menunjukkan sisi maskulinnya di hadapan Zayan, seperti ada dorongan untuk mengesankan sahabatnya itu.
Zayan sendiri adalah sosok yang tidak biasa. Dengan kulit putih bersih, tubuh slim tapi terlihat padat dan atletis, serta wajah terawat seperti aktor-aktor Korea, ia sering mencuri perhatian tanpa sadar.
Gaya berpakaian Zayan juga sederhana tapi memikat, seolah apa pun yang ia kenakan terlihat cocok dengannya.
Yang membuat Zayan lebih istimewa adalah kepribadiannya yang seru. Ia tidak manja, penuh inisiatif, dan selalu punya topik obrolan yang menarik.
Bukan hanya Arhan, banyak orang lain pun merasa nyaman berbincang dengan Zayan. Ia seperti magnet yang menarik siapa saja ke lingkaran energinya.
Bagi Arhan, Zayan adalah kombinasi langka antara penampilan menawan dan karakter menyenangkan.
Zayan tidak pernah berusaha terlihat sempurna, tetapi itulah yang membuatnya terlihat istimewa.
"Kamu tahu nggak, Han, kadang aku iri sama kamu," ujar Zayan suatu hari sambil tersenyum, di sela-sela waktu mereka nongkrong di kafe favorit.
Arhan mengerutkan kening, penasaran. "Iri kenapa?"
"Kamu tuh selalu kelihatan pede dan tahu apa yang kamu mau. Aku kadang bingung sendiri sama pilihan-pilihan hidupku," jawab Zayan sambil menyeruput minumannya.
Matanya menatap jauh ke arah jendela, menembus keramaian kota.
Arhan tertawa kecil. "Jangan salah, aku juga sering bingung, Zay. Cuma aku nggak suka kelihatan galau di depan orang lain. Beda sama kamu, kamu tuh santai banget, nggak fake, jadi orang senang dekat sama kamu."
"Masa sih?" Zayan tertawa pelan, sedikit tersipu.
Percakapan ringan seperti itu sering terjadi di antara mereka, tetapi di baliknya ada sesuatu yang lebih dalam.
Arhan menyadari bahwa ia bukan hanya menikmati waktu bersama Zayan sebagai seorang teman biasa.
Ada kekaguman, bahkan mungkin rasa yang lebih dari sekadar persahabatan. Ia tidak tahu apakah Zayan merasakan hal yang sama, tetapi ia juga tidak ingin terlalu memikirkannya.
Yang ia tahu, ia senang melihat Zayan tertawa, mendengar cerita-ceritanya, dan menjadi seseorang yang bisa Zayan andalkan.
Suatu hari, ketika mereka sedang berjalan di taman, Zayan berhenti sejenak di depan bangku kosong. Ia menoleh ke Arhan, dengan senyum khas yang selalu membuat suasana terasa lebih cerah.
"Han, menurutmu, kita ini bakal temenan selamanya nggak sih?"
Pertanyaan itu sederhana, tapi ada sesuatu di dalamnya yang membuat Arhan terdiam sejenak.
Ia menatap Zayan, mencoba membaca maksud di balik kata-kata itu.
"Kalau aku sih berharap iya. Kamu salah satu orang yang nggak pengen aku hilangin dari hidupku, Zay," jawabnya jujur.
Zayan tersenyum lebar, seperti puas dengan jawaban itu. "Aku juga, Han. Kadang aku mikir, kalau nggak ada kamu, aku bakal bosen banget."
Arhan hanya mengangguk, berusaha menyembunyikan gejolak di hatinya.
Ia tidak tahu ke mana hubungan ini akan berlanjut, tetapi satu hal yang pasti: Zayan adalah seseorang yang membuat harinya lebih berwarna, dan ia tidak ingin kehilangan itu.
Bagi Arhan, Zayan bukan hanya teman yang menarik; ia adalah bagian penting dari hidupnya yang tidak tergantikan.
Posting Komentar untuk "Semvak yang Tertinggal di Kosku (bagian 5)"