Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3. Aldi Menemui Jerome



Bandara Ngurah Rai siang itu ramai seperti biasa, dengan wisatawan yang berlalu-lalang membawa koper. 

Suara roda koper bergesekan dengan lantai berpadu dengan pengumuman penerbangan yang terus berkumandang. 

Aldi melangkah keluar dari terminal, menghirup udara Bali yang hangat dan harum. 

Aroma khas campuran garam laut dan rempah tropis terasa menenangkan.

Di jalan menuju kos Jerome, Aldi menikmati pemandangan Bali yang selalu memesona. 

Pepohonan kelapa menjulang di sisi jalan, sementara motor dan mobil bergerak santai di jalanan yang tidak terlalu ramai. 

Di kejauhan, ia bisa melihat pantai dengan deburan ombaknya yang memanggil-manggil. 

Hatinya berdebar, bukan hanya karena rindu pada Bali, tetapi juga pada seseorang yang telah lama mengisi pikirannya.

Setelah perjalanan singkat, Aldi akhirnya tiba di depan kos Jerome. 

Ia menatap pintu kayu sederhana dengan jendela kecil di sampingnya. Hatinya campur aduk—antara gugup, rindu, dan penuh harap. 

Ia mengetuk pintu perlahan.

---

Jerome membuka pintu. Wajahnya terkejut melihat Aldi berdiri di depannya, membawa ransel kecil. 

Mata mereka saling bertemu dalam keheningan yang canggung. Aldi, dengan tinggi 173 cm, tampak menjulang di depan Jerome yang hanya 169 cm. 

Tubuh Aldi yang wangi dengan aroma segar menyelimuti ruangan kecil di depan pintu. 

Badannya tampak berisi dengan dada bidang yang terpahat jelas di balik kaosnya.

Tanpa sepatah kata, Aldi tiba-tiba menarik tubuh Jerome ke dalam pelukannya. 

Jerome terpaku, wajahnya menyentuh bahu Aldi. 

"Aku kangen, Kak," bisik Aldi pelan.

Jerome merasakan detak jantung Aldi yang tenang, berbanding terbalik dengan dirinya yang berdebar kencang. 

Namun, ia segera beringsut, melepaskan pelukan itu. “Masuk dulu, Al. Jangan di sini, nanti ada yang lihat,” ucap Jerome sambil melirik ke sekitar. 

Aldi hanya tersenyum kecil, mengerti kecemasan Jerome.

---

Di dalam kamar kos, suasana menjadi lebih cair. Aldi duduk di kasur sementara Jerome berdiri di dekat meja kecilnya. 

Kamar itu terasa hangat dan penuh kenangan bagi Aldi. 

“Kenapa nggak bilang dulu kalau mau ke sini?” tanya Jerome akhirnya, mencoba menyembunyikan rasa senangnya.

Aldi tersenyum. “Aku pengen kasih kejutan. Lagipula, aku liburan ini sengaja buat ketemu kakak.”

Jerome menatapnya, bingung dengan perasaannya sendiri. Mereka berbicara lama, membahas banyak hal—mulai dari pengalaman magang, kelulusan Aldi, hingga rencana ke depan. 

Tawa mereka memenuhi kamar kecil itu, menghapus canggung yang sempat muncul di awal.

Jerome merasa lega. Meski hatinya sempat sakit mendengar Aldi punya pacar, kehadiran Aldi di depan matanya memberikan harapan kecil. 

Aldi, di sisi lain, merasa menemukan tempat yang nyaman—seseorang yang bisa mengerti dirinya tanpa banyak tuntutan.

Malam itu, hubungan mereka semakin erat, bukan lagi sekadar supervisor dan anak magang. 

Mereka adalah dua orang yang saling memahami, menemukan kenyamanan dalam kebersamaan yang sederhana.

"Kenapa kakak baru bilang setelah aku pergi?" protes Aldi.

Jerome tergeragap, seperti sebuah tuntutan atas perasaan, namun Aldi tiba-tiba mendekat dan memeluk Jerome dari belakang.

"Ternyata kamu seagresif ini," ucap Jerome saat Aldi menariknya lembut hingga berebah di ranjang.

"Mau fun?" tawar Aldi.

B E R S A M B U N G


Posting Komentar untuk "3. Aldi Menemui Jerome"