Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

7. Ancaman Arjun Menyebarkan Video Tak Senonoh


Aldi sedang duduk di kamar, memeriksa jadwal penerbangannya kembali ke Bali. 

Pikirannya masih terguncang setelah pertemuan emosional dengan Arjun. Namun, ia merasa mantap dengan keputusannya. 

Hatinya terasa lebih ringan, meski sedikit khawatir dengan cara Arjun menerima perpisahan mereka.

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Ada pesan masuk dari Arjun. 

Aldi ragu-ragu sebelum membuka pesan itu. Yang ia temukan membuat jantungnya berdegup kencang. Sebuah video pendek—sangat familiar baginya. 

Video itu merekam momen pribadi mereka saat liburan di Bogor beberapa bulan lalu.

Dalam video ia tanpa busana sedang berbincang dengan Arjun yang berebah di bawah tubuhnya.

Sesekali kamera menyorot bagian wajah dan penisnya. Aldi terhenyak.

Pesan itu menyusul: “Kalau kamu tetap pergi ke Bali dan ninggalin aku, jangan salahkan aku kalau video ini tersebar.”

Aldi merasa darahnya mengalir deras ke kepalanya. Jari-jarinya gemetar saat ia membalas pesan itu: 

“Jun, apa-apaan ini? Kamu nggak serius, kan?”

Balasan dari Arjun datang cepat. 

“Aku nggak main-main, Al. Kamu yang bikin aku seperti ini. Kamu ninggalin aku tanpa pikirin perasaanku. Kalau aku nggak bisa punya kamu, aku nggak peduli apa yang terjadi sama kamu.”

---

Aldi duduk di tempat tidurnya, pikirannya kalut. Ia tidak menyangka Arjun bisa melakukan hal seperti ini. 

Rasa takut dan penyesalan bercampur jadi satu. Bagaimana mungkin Arjun merekam mereka tanpa sepengetahuannya? Aldi tidak pernah merasa begitu rapuh sebelumnya.

Ia mencoba menelepon Arjun, tetapi panggilannya tidak dijawab. Akhirnya, Aldi mengirim pesan lagi.

“Jun, tolong jangan bertindak gegabah. Kita bisa bicarakan ini baik-baik.”

Namun, pesan balasan Arjun dingin dan penuh ancaman. 

“Aku udah nggak peduli, Al. Aku sakit hati. Kamu pikir gampang buat aku nerima semua ini?”

---

Malam itu, Aldi tidak bisa tidur. Ia merasa terperangkap dalam situasi yang tidak pernah ia bayangkan. 

Bayangan video itu tersebar menghantuinya. Bagaimana jika orang tuanya tahu? Bagaimana jika Jerome tahu? Bagaimana jika seluruh hidupnya hancur hanya karena kesalahan di masa lalu?

---

Sementara itu, Arjun duduk di kamarnya, menatap layar ponselnya dengan mata berkaca-kaca. 

Di satu sisi, ia tahu apa yang ia lakukan salah. Tetapi sakit hati dan rasa kehilangan membuatnya tidak bisa berpikir jernih. 

Ia merasa seperti sedang tenggelam, dan satu-satunya cara untuk keluar adalah dengan membuat Aldi merasakan rasa sakit yang sama.

Namun, di balik kemarahannya, ada kerinduan yang mendalam. 

Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Aldi, tetapi ia juga tahu bahwa dengan melakukan ini, ia hanya mendorong Aldi semakin jauh.

---

Aldi tidak bisa tidur semalaman. Pesan ancaman dari Arjun terus terputar di kepalanya, membuatnya gelisah. 

Ia memikirkan berbagai kemungkinan, tetapi akhirnya ia sadar bahwa hanya ada satu cara untuk menyelesaikan ini—bertemu langsung dengan Arjun dan mencoba berbicara dari hati ke hati.

Pagi itu, Aldi memutuskan pergi ke apartemen Arjun tanpa memberi tahu sebelumnya. 

Ia mengenakan jaket hitam dan masker, mencoba menutupi wajahnya agar tidak dikenali oleh siapa pun di sekitar. 

Tangannya gemetar saat mengetuk pintu apartemen itu.

Arjun membuka pintu. Wajahnya menunjukkan kejutan yang bercampur dengan kemarahan. 

“Kamu ngapain ke sini?” tanyanya dingin.

“Kita harus bicara, Jun,” kata Aldi, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang meskipun hatinya berdegup kencang.

Arjun menghela napas panjang sebelum membiarkan Aldi masuk. 

Pintu tertutup, dan mereka berdua berdiri di ruang tamu kecil yang penuh dengan barang-barang berserakan. 

Arjun menatap Aldi dengan pandangan penuh luka.

“Ngomong apa lagi? Kamu udah mutusin aku, sekarang apa lagi yang mau kamu bilang?”

Aldi mengambil napas dalam-dalam. 

“Jun, aku tahu aku salah. Aku tahu keputusan ini berat buat kamu. Tapi mengancam dengan video itu... kamu nggak seharusnya melakukan ini.”

Arjun tertawa kecil, tetapi penuh kepahitan. 

“Oh, jadi sekarang aku yang salah? Kamu ninggalin aku begitu aja, terus berharap aku bisa terima semuanya? Aku nggak bisa, Al.”

“Jun, aku nggak bilang kamu harus terima semuanya. Aku cuma mau kita selesai dengan baik. Kalau kamu nyebarin video itu, kamu nggak cuma nyakitin aku, tapi juga diri kamu sendiri. Ini bukan kamu, Jun.”

Arjun terdiam. Matanya mulai berkaca-kaca, tetapi ia tetap mempertahankan sikap dinginnya. 

“Kamu nggak ngerti gimana rasanya ditinggalin orang yang kamu sayang.”

Aldi maju mendekat, mencoba menenangkan Arjun. 

“Aku ngerti, Jun. Aku tahu aku nyakitin kamu. Tapi aku nggak mau kita terus-terusan kayak gini. Aku masih peduli sama kamu, tapi bukan sebagai pasangan.”

Air mata akhirnya jatuh di pipi Arjun. Ia terduduk di sofa, menunduk, menutupi wajahnya dengan tangan.

“Aku cuma nggak tahu gimana harus jalanin hidup tanpa kamu, Al. Kamu segalanya buat aku.”

Aldi duduk di sebelahnya, mencoba menenangkan Arjun dengan menepuk pelan bahunya. 

“Kamu nggak sendiri, Jun. Kamu kuat, dan kamu bisa lewatin ini. Aku yakin. Tapi kita nggak bisa terus-terusan saling menyakiti.”

Arjun mengangkat wajahnya, menatap Aldi dengan tatapan yang penuh harap. 

“Aku cuma... aku nggak mau kehilangan kamu.”

“Kamu nggak akan kehilangan aku sepenuhnya, Jun. Aku akan selalu ada kalau kamu butuh teman. Tapi kita harus belajar untuk melepaskan.”

---

Setelah beberapa jam berbicara, suasana di antara mereka perlahan mencair. Aldi berhasil meyakinkan Arjun untuk menghapus video itu. 

Meski tidak mudah, Arjun akhirnya setuju, meskipun rasa sakit di hatinya belum sepenuhnya hilang.

Siang itu, Aldi memenuhi permintaan Arjun, mereka bersetubuh, namun mood Aldi udah berbeda.

Penisnya sulit tegang karena dia memang tak lagi punya hasrat, namun Arjun terus merangsangnya.

Aldi menyetubuhi Arjun hampir satu jam namun Arjun tak ingin mengakhirinya.

Dengan terpaksa Aldi melepaskan kondom dan memuntahkan sperma tanpa persetujuan Arjun.

"Aku udah gak kuat Jun, capek," keluhnya 

Ketika Aldi pergi meninggalkan apartemen Arjun, ia merasa lega meski kelelahan. 

Ia tahu perpisahan ini adalah langkah yang sulit, tetapi ia yakin itu adalah jalan terbaik untuk keduanya. 

Kini, ia bisa kembali fokus pada masa depannya di Bali, dengan hati yang lebih ringan dan tekad yang semakin kuat.

B E R S A M B U N G


Posting Komentar untuk "7. Ancaman Arjun Menyebarkan Video Tak Senonoh"