Harapan di Tengah Luka | Kisah Cinta Dua Anak Broken Home
Kim Jae-yeong duduk termenung di sudut kamar kecilnya. Teriakan orang tuanya terdengar lagi dari ruang tamu.
Setiap malam seperti ini, dinding rumahnya seolah menjadi saksi bisu kehancuran keluarga mereka.
Ayahnya sering pulang larut malam, mabuk, sementara ibunya menangis dan menyalahkan semua hal.
Jae-yeong hanya bisa berharap semuanya segera berakhir.
Di sudut lain kota, Seo Woo-gyu menatap kosong pada botol-botol alkohol yang berserakan di meja dapur.
Ibunya, dengan mata merah dan tubuh lemah, terus menyalahkannya atas semua yang terjadi.
"Jika kau tidak lahir, hidupku tidak akan seperti ini," gumam ibunya sambil mengangkat botol lagi.
Dunia mereka yang kelam akhirnya bersinggungan ketika mereka bertemu di kantor polisi.
Jae-yeong datang untuk menjemput saudara iparnya yang tertangkap karena keributan, sementara Woo-gyu datang karena ibunya terlibat perkelahian di pasar.
Pertemuan itu terasa aneh. Dua remaja yang sama-sama menyembunyikan luka batin mereka saling menatap dalam diam.
“Kenapa kau ada di sini?” tanya Woo-gyu.
“Bukan urusanmu,” jawab Jae-yeong, dingin.
Namun, malam itu menjadi awal dari sesuatu yang tidak terduga. Mereka mulai bertukar cerita, menyadari bahwa luka mereka memiliki pola yang sama.
Hidup mereka terasa hampa, dan satu-satunya jalan keluar adalah melarikan diri dari semua ini.
“Kita bisa hidup sendiri, tanpa mereka,” kata Jae-yeong suatu malam. “Tapi kita butuh uang.”
Mereka merancang rencana sederhana: menjual barang-barang terlarang kepada siswa di sekolah.
Rokok dan alkohol menjadi komoditas utama mereka. Awalnya, bisnis kecil ini berjalan lancar.
Mereka mendapatkan uang cukup untuk membeli makanan, pakaian, dan menyimpan sedikit untuk rencana besar mereka melarikan diri.
Namun, segalanya berubah ketika salah satu pembeli mereka tertangkap dan memberikan informasi tentang mereka kepada polisi.
Ketakutan mulai menghantui Jae-yeong dan Woo-gyu. Hubungan mereka yang awalnya penuh semangat berubah menjadi tegang.
“Kita tidak bisa terus seperti ini,” ujar Woo-gyu suatu malam. “Kita hanya akan berakhir seperti mereka.”
“Tapi apa pilihan kita?” balas Jae-yeong dengan suara serak. “Kembali ke rumah? Mendengarkan teriakan dan cercaan setiap hari?”
Woo-gyu terdiam. Ia tahu Jae-yeong benar, tapi ia juga tahu bahwa jalan yang mereka pilih tidak akan membawa kebahagiaan.
Dengan berat hati, mereka memutuskan untuk mengakhiri bisnis itu.
Mereka menghadapi konsekuensinya bersama, termasuk kemarahan orang tua mereka.
Namun, dari situ, mereka menemukan kekuatan baru.
Mereka belajar bahwa hidup bukan hanya tentang melarikan diri, tetapi tentang menghadapi kenyataan dengan kepala tegak.
Meskipun dunia mereka penuh luka, mereka mulai bermimpi tentang masa depan yang lebih baik.
Di akhir cerita, Jae-yeong dan Woo-gyu berdiri di bawah langit malam, memandang bintang-bintang.
Mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi untuk pertama kalinya, mereka merasa tidak sendirian.
“Kita akan baik-baik saja,” bisik Woo-gyu.
Jae-yeong tersenyum kecil. “Ya, kita pasti bisa.”
Posting Komentar untuk "Harapan di Tengah Luka | Kisah Cinta Dua Anak Broken Home"