Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nico dan Dani | Cerita Pelangi



Matahari bersinar terik di atas rumah pantai Dani, tempat musim panas ini akan menjadi saksi persahabatan dan gejolak hati dua remaja, Dani dan Nico. 

Mereka telah merencanakan liburan ini selama berbulan-bulan. Tanpa pengawasan orang tua, kebebasan terasa seperti angin laut yang menampar wajah, segar dan penuh janji petualangan.

Malam pertama dimulai dengan percakapan ringan di atas bir dingin, membahas rencana kehilangan keperjakaan mereka. 

Nico tertawa sambil memamerkan senyum nakal, sedangkan Dani hanya tersenyum tipis. 

Bagi Nico, rencana ini hanyalah bagian dari kegilaan remaja, tetapi bagi Dani, liburan ini adalah peluang untuk mengungkapkan sesuatu yang telah lama ia pendam.

Keesokan harinya, mereka bertemu dengan dua gadis lokal, Elena dan Berta. 

Nico dengan cepat mendekati Elena, memanfaatkan pesonanya yang alami. 

Dani, di sisi lain, mencoba mendekati Berta, tetapi tatapannya sering kali tersesat ke arah Nico. 

Ketika Nico menggenggam tangan Elena di pantai, hati Dani terasa seperti teriris.

Pada malam yang sunyi, Dani mengumpulkan keberanian untuk berbicara dengan Nico. 

Di balkon rumah, dengan suara ombak sebagai latar, ia berkata, “Aku rasa… aku menyukaimu lebih dari seorang teman.” 

Nico terdiam, ekspresinya berubah dari terkejut menjadi bingung. 

“Dani, aku nggak pernah mikir kayak gitu,” jawab Nico dengan nada hati-hati.

Keheningan yang mengikuti terasa berat. Dani ingin berlari, menghapus rasa malu yang membakar pipinya. 

Tapi Nico, meskipun bingung, mencoba menjaga percakapan tetap hangat. Namun, kata-katanya tidak mampu menghapus luka di hati Dani.

Hubungan mereka berubah setelah malam itu. Nico mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan Elena, meninggalkan Dani terjebak dalam kesendirian. 

Dalam upaya mencari pelipur lara, Dani mendekati Julián, seorang penulis gay yang tinggal di dekat pantai. 

Julián, dengan kebijaksanaan yang ia peroleh dari pengalaman, menjadi mentor tak terduga bagi Dani. 

Mereka berbicara tentang cinta, penolakan, dan keberanian untuk menjadi diri sendiri.

Namun, ketegangan memuncak ketika Dani melihat Nico mencium Elena di pantai. 

Marah dan terluka, ia berhadapan langsung dengan Nico. 

“Kamu tahu aku masih merasa seperti ini, tapi kamu terus mengabaikanku!” teriak Dani. 

Nico, yang selama ini menghindari konflik, akhirnya meledak. “Aku nggak minta kamu jatuh cinta sama aku, Dani! Aku cuma ingin kita tetap seperti dulu!”

Pertengkaran itu menghancurkan dinding yang selama ini mereka bangun. 

Nico meninggalkan rumah pantai lebih awal, meninggalkan Dani dengan perasaan kehilangan yang dalam. 

Namun, melalui bimbingan Julián, Dani belajar menerima bahwa cinta tidak selalu terbalas dan persahabatan yang sejati harus dibangun di atas kejujuran, bukan harapan yang tak realistis.

Beberapa minggu kemudian, Nico kembali untuk mengambil barang-barangnya. 

Dani, dengan kedewasaan yang baru, mengajaknya berbicara. 

“Aku nggak nyesel bilang apa yang aku rasakan,” kata Dani. “Tapi aku nyesel kalau itu menghancurkan persahabatan kita.” 

Nico, dengan senyum kecil, merespons, “Kita nggak hancur, Dan. Kita cuma berubah.”

Mereka berpelukan, berjanji untuk tetap saling mendukung meskipun musim panas itu telah mengubah segalanya. 

Dani berdiri di pantai, menatap matahari yang terbenam, merasa bahwa meskipun cinta pertamanya tidak terbalas, ia telah menemukan sesuatu yang lebih berharga: keberanian untuk menerima dirinya sendiri.

Posting Komentar untuk "Nico dan Dani | Cerita Pelangi"