Pelukan Reza | Cerita Pelangi
Di sebuah rumah makan di Braga, Bandung, Reza dan Iky menjalani rutinitas sebagai pelayan.
Rumah makan itu selalu ramai, terutama saat makan siang. Reza, karyawan senior yang sudah empat tahun bekerja di sana, dikenal sebagai sosok yang cekatan.
Iky, yang baru tiga bulan bergabung, masih sering canggung, namun kehadiran Reza membuatnya lebih percaya diri.
“Ki, hati-hati ya, kalau bawa sup jangan terlalu penuh,” ujar Reza sambil tersenyum saat melihat Iky hampir menumpahkan nampannya.
Iky hanya mengangguk sambil menahan gugup. Dia merasa nyaman dengan perhatian Reza, seolah ada seseorang yang selalu menjaganya.
Di dapur, Reza sering membantu Iky mencuci piring atau merapikan barang-barang.
“Nggak usah segan, kalau ada yang susah, bilang aja ke aku,” kata Reza suatu hari sambil menepuk bahu Iky.
Perhatian kecil itu, lama-kelamaan, membuat Iky merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar rasa hormat pada seniornya.
Sore itu, ketika suasana mulai lengang, Iky memberanikan diri bertanya,
“Kak Reza, kenapa sih Kakak baik banget ke aku?”
Reza terdiam sejenak. “Kamu mengingatkanku pada seseorang,” jawabnya singkat, tanpa memberikan detail lebih lanjut.
Iky hanya mengangguk, meski rasa penasarannya semakin membesar.
Beberapa hari kemudian, saat mereka sama-sama di dapur, Iky tak bisa menahan perasaannya lagi.
Dia mengajak Reza untuk nongkrong selepas pulang kerja, Reza menyanggupi ajakan Iky dengan senang hati.
Ia menatap Reza yang sedang sibuk memotong bawang, tampak sosok pria dewasa yang ia idamkan.
-00-
“Kak, aku nyaman banget sama Kakak. Kayaknya ada hal lain yang aku rasakan," ucap Iky saat mereka nongkrong di angkringan tak jauh dari tempat kerja.
Reza yang sedang menikmati segelas susu rempah hangat, menghentikan gerakannya.
Ia menatap Iky dengan mata yang penuh emosi, campuran antara terkejut dan sedih.
Ia mendekati Iky, lalu memeluknya erat. Pelukan itu hangat, tetapi di dalamnya ada kesedihan yang sulit dijelaskan.
Ia tak peduli bahwa orang sekitar akan melihat mereka dengan tatapan aneh.
“Iky, aku nggak bisa,” bisik Reza dengan suara bergetar.
“Aku sayang sama kamu, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan. Kamu mengingatkanku pada adikku, Andi. Dia sudah tiada.”
Iky tertegun, hatinya terasa hancur. Ia mendengar ketulusan dalam suara Reza, tetapi juga merasakan batas yang tak bisa ia lewati.
Reza melepaskan pelukan itu dan menatap Iky.
“Andi adalah orang yang paling aku sayangi, dan saat aku melihatmu, aku merasa seperti diberikan kesempatan untuk menjaga dia lagi. Tapi aku nggak bisa menerima perasaanmu. Aku nggak mau menyakitimu.”
Air mata mengalir di pipi Iky. “Aku mengerti, Kak,” katanya pelan. Meski hatinya sakit, ia tahu perasaan Reza murni dan tulus.
Hari itu, hubungan mereka berubah. Iky tetap bekerja dengan Reza, tapi ia belajar menahan perasaannya.
Reza, di sisi lain, terus menjaga Iky seperti seorang kakak yang melindungi adiknya.
Rumah makan Braga tetap ramai, suara piring yang berdenting dan tawa pelanggan yang memenuhi ruangan menjadi saksi bisu hubungan mereka.
Meski ada luka yang belum sepenuhnya sembuh, mereka tetap menjalani hari-hari dengan rasa saling menghormati.
Di balik semua itu, ada pelajaran tentang cinta, kehilangan, dan keikhlasan.
Posting Komentar untuk "Pelukan Reza | Cerita Pelangi"