Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika BFku Positif HIV | BL Story Indonesia




Batista duduk di sofa, memegang hasil tes VCT yang baru diterimanya. Hasil itu jelas terpampang, "Positif HIV". 

Kata-kata itu seperti racun yang mengalir dalam darahnya, menghancurkan setiap harapan dan impian yang pernah ia miliki. 

Pandangannya kosong, terfokus pada hasil tes yang sudah tak bisa diubah. Kegelisahan yang mendalam menyelimuti hatinya, sementara tubuhnya terasa lemas. 

Di dapur, Rudi, kekasihnya, masih sibuk menyiapkan makan malam, namun suara sendok dan panci yang beradu terasa sangat jauh bagi Batista.

"Rudi..." suara Batista terdengar lemah, penuh beban. Rudi menoleh, melihat ekspresi Batista yang pucat, sangat berbeda dari biasanya. "Aku... aku positif, Rud."

Rudi terkejut, dan tanpa sadar, sendok yang ia pegang terjatuh dari tangannya. Wajahnya langsung berubah, seolah dunia di sekelilingnya menghilang begitu saja. 

Hening. Rudi hanya berdiri di tempat, tidak tahu harus berbuat apa.

"Ini... ini salah, Bat. Ini pasti salah," kata Rudi, suara bergetar, tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Aku... aku nggak bisa terima ini."

"Tapi ini hasil tes yang sah, Rud. Aku sudah mengikuti prosedur VCT dengan benar. Ini nyata," jawab Batista dengan suara pelan, berusaha tetap tegar meskipun hatinya hancur.

Rudi mundur beberapa langkah, seolah ingin menghindar dari kenyataan yang begitu menghantam. 

"Bat, kita harus tes ulang atau apalah. Aku nggak bisa... nggak bisa terima kalau kamu benar-benar positif," ujarnya, semakin terdesak oleh rasa takut.

Batista menatapnya dalam-dalam, mencoba menyampaikan betapa pentingnya tes ini untuk mereka berdua. 

"Kamu harus tes juga, Rud. Kalau aku positif, mungkin kamu juga. Ini bukan hanya tentang aku, ini tentang kita berdua. Kita harus hadapi ini bersama."

Namun, Rudi hanya terdiam, wajahnya pucat. 

"Aku nggak siap, Bat... Aku takut banget. Kalau aku juga positif, hidupku bakal hancur, Bat. Kita bisa mati, Bat, dan aku nggak tahu apa yang harus kulakukan."

Kata-kata itu menusuk hati Batista lebih dalam. Dulu, mereka selalu berbicara tentang masa depan bersama, tentang bagaimana mereka akan menghadapi tantangan hidup. 

Namun kini, di saat yang seharusnya mereka berdiri bersama, Rudi malah mundur, takut akan kenyataan yang mereka hadapi.

"Aku butuh kamu, Rud," Batista berkata dengan suara serak. "Aku nggak bisa hadapi ini sendiri. Aku takut, dan aku nggak ingin kehilangan kamu."

Rudi tetap diam, namun pandangannya mulai buram, dan tubuhnya terasa lelah. Ketakutannya membuatnya terjebak dalam kebingungannya, tidak bisa melangkah maju. 

Keputusan untuk tes VCT, yang dulunya terasa seperti hal yang sederhana, kini terasa sangat berat dan menakutkan.

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, yang berfungsi untuk melawan infeksi dan penyakit. 

HIV merusak sel CD4, yang merupakan bagian penting dari sistem imun, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit. 

Jika tidak diobati, HIV dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), tahap akhir dari infeksi HIV. 

Pada tahap ini, sistem imun tubuh sangat lemah sehingga penderitanya rentan terhadap infeksi yang sangat berat, yang bisa berujung pada kematian.

Tes VCT (Voluntary Counseling and Testing) adalah tes yang dilakukan untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi HIV. 

Tes ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel darah, yang kemudian diuji di laboratorium untuk mencari adanya virus HIV. 

Proses ini juga mencakup konseling, di mana seseorang diberi penjelasan mengenai risiko HIV dan cara mencegah penularannya. 

Jika seseorang terdeteksi positif HIV, tes lanjutan dan perawatan medis segera diperlukan untuk mencegah perkembangan virus menjadi AIDS.

Batista tahu bahwa HIV bukan akhir dari segalanya jika penanganannya tepat. Dengan pengobatan yang tepat, orang yang terinfeksi HIV bisa hidup sehat dan panjang. 

Namun, perasaan takut yang melanda Rudi membuatnya semakin merasa terisolasi. Rudi yang dulu selalu ada di sampingnya kini terlihat begitu jauh, terjebak dalam ketakutannya sendiri.

Dunia yang dulunya penuh dengan harapan dan cinta kini terasa gelap. Setiap kata yang keluar dari mulut Rudi seperti tembok yang semakin menghalangi mereka berdua. 

Hubungan mereka, yang dulu penuh tawa dan kebahagiaan, kini terancam runtuh karena ketakutan yang tak terucapkan.

Batista tahu bahwa ini bukan hanya tentang tes HIV atau positif-nega tifnya, ini adalah ujian besar untuk mereka berdua. Namun, untuk Rudi, kenyataan itu terlalu pahit untuk diterima. 

Rudi tidak hanya takut akan HIV, tapi juga takut akan masa depan yang tidak pasti, ketidakpastian yang menggerogoti setiap sudut hatinya.

Ketakutan Rudi akan HIV menjadi perpisahan pertama yang tidak pernah mereka bayangkan. 

Mereka yang dulunya saling mendukung kini saling menjauh, terjebak dalam dunia ketakutan yang semakin memperlebar jarak di antara mereka. 

Cinta mereka yang dulu menguatkan kini terancam oleh ketidakberdayaan menghadapi kenyataan yang ada.

Posting Komentar untuk "Ketika BFku Positif HIV | BL Story Indonesia"