Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saat Aku Merindukan Levin | BL Story Indonesia



Aku masih ingat hari-hari ketika Levin sering muncul di depan kosku dengan membawa makanan. Kadang nasi goreng, kadang martabak, atau hanya sekotak susu cokelat. 

“Jangan lupa makan, kamu suka lupa kalau lagi sibuk,” katanya sambil menyodorkan makanan itu padaku. Levin terlalu perhatian, kadang sampai menyebalkan.

Dia selalu mengingatkanku untuk tidur lebih awal, minum vitamin, atau bahkan memaksaku ke dokter saat aku bersin dua kali. Proteksinya terasa berlebihan. 

“Aku bukan anak kecil, Lev. Kamu nggak perlu segitunya,” protesku suatu kali. 

Tapi Levin hanya tertawa, “Bukan anak kecil makanya harus dijaga. Kamu itu keras kepala.”

Lalu aku bertemu Gilang, seseorang yang berbeda dari Levin. Gilang misterius, penuh teka-teki. Dia tidak bertanya apakah aku sudah makan atau bagaimana hari-hariku. 

Sebaliknya, aku yang sering berusaha mencari tahu tentangnya. Aku mengejar perhatian Gilang seperti anak kecil yang menginginkan mainan baru.

Levin? Ah, dia mulai terasa seperti gangguan. Aku merasa dia terlalu banyak campur tangan dalam hidupku. Sampai suatu malam, saat dia datang membawa bubur karena aku demam, aku meledak. 

“Lev, aku nggak butuh semua ini! Aku bisa jaga diri. Jangan lagi datang ke sini, jangan lagi sok peduli!”

Dia terdiam. Wajahnya yang biasanya penuh senyum mendadak muram. Tapi dia hanya mengangguk pelan, 

“Oke, kalau itu yang kamu mau.” Setelah itu, Levin benar-benar berhenti menghubungiku. 

Tidak ada lagi chat panjang lebar menanyakan kabar, tidak ada lagi panggilan telepon yang memaksaku bangun pagi.

Awalnya, aku merasa lega. Tidak ada lagi bayangan Levin yang terus-menerus menggangguku. Aku bisa fokus pada Gilang. 

Tapi, lama-kelamaan, aku mulai merasa lelah. Gilang ternyata bukan seperti yang aku bayangkan. 

Dia jarang membalas pesanku, lebih sering sibuk dengan dunianya sendiri. Aku terus berusaha menarik perhatiannya, tapi tidak ada respons yang benar-benar hangat darinya.

Semakin hari, aku semakin menyadari kekosongan di hidupku. Bukan karena Gilang, tapi karena Levin. 

Tidak ada lagi yang mengingatkanku makan, tidak ada lagi pesan singkat penuh perhatian. Bahkan, tidak ada lagi yang memarahiku saat aku tidur terlalu larut.

Aku mencoba mencari tahu tentang Levin, tapi semua akses sudah tertutup. Aku yang dulu dengan sengaja memblokir media sosialnya, kini terpaksa membuka blokir itu satu per satu. 

Aku berharap melihatnya muncul di timeline, tapi Levin tidak pernah lagi ada di sana.

Aku ingin menghubunginya lebih dulu, tapi gengsi menahanku. Aku takut Levin akan berpikir aku menyesal, atau lebih parah, mengasihani diriku. 

Aku sudah berkata aku tidak butuh dia, lalu bagaimana aku bisa mengaku bahwa aku salah?

Hari-hari berlalu dengan rasa rindu yang semakin menyesakkan. Dalam diam, aku mulai mengingat semua kebaikannya. 

Betapa dia selalu ada di saat aku membutuhkannya. Betapa dia rela meluangkan waktunya hanya untuk memastikan aku baik-baik saja. 

Levin yang selalu sabar, bahkan saat aku melukainya dengan kata-kata kasar.

Pada akhirnya, aku memberanikan diri mengetik pesan. Sederhana, “Hai, Lev. Apa kabar?” Aku menunggu dengan jantung berdegup kencang, berharap dia membalas. 

Tapi waktu terus berlalu, dan pesan itu tetap tak berbalas.

Mungkin Levin benar-benar sudah pergi. Mungkin aku telah melewatkan kesempatan yang tidak akan pernah kembali.

Aku menyesal, kini aku yang tersiksa oleh perasaan ini.

Posting Komentar untuk "Saat Aku Merindukan Levin | BL Story Indonesia"