Singlet Pada Tubuh Dafa | BL Story Indonesia
Hujan di Kedai Lalapan
Malam itu, hujan deras turun tanpa ampun, seperti langit menumpahkan semua beban yang selama ini ditahannya.
Aku duduk di salah satu sudut kedai Lalapan Pecel Lele organik langgananku, menatap piring nasi hangat dengan lele goreng renyah dan sambal pedas yang menggugah selera.
Waktu hampir menunjukkan pukul 21.00, dan kedai itu, sebuah ruko sederhana namun nyaman, mulai memudar dalam kesibukan malam.
Kedai itu khas. Lantai satu penuh dengan deretan meja dan kursi kayu yang terawat rapi. Lampu-lampu kuning redup menggantung dari langit-langit, memberikan nuansa hangat meski sederhana.
Di lantai dua, dapur beroperasi dengan efisien, dengan satu kamar mandi kecil di pojoknya. Aroma masakan selalu tercium di setiap sudut, menciptakan suasana yang membuat siapa pun merasa seperti di rumah.
Di malam seperti ini, pelanggan lain sudah pulang. Hanya ada aku, dan Dafa, anak pemilik kedai yang biasa menjaga malam hari.
Usianya baru dua puluh, tapi dia selalu penuh tanggung jawab. Dua tahun menjadi langganan di sini membuat kami cukup akrab.
Dafa tahu pesanan favoritku tanpa perlu kuminta, dan aku tahu kebiasaannya yang selalu sibuk mengurus troli dagangan sebelum kedai tutup.
“Hujannya deras banget, Kak,” katanya, sambil melirik ke luar jendela yang tertutup kabut. “Kakak nggak bawa jas hujan, kan?”
Aku mengangguk pasrah, menyesap teh hangat di depanku. “Kayaknya aku harus nunggu reda, ya.”
“Nggak apa-apa, santai aja. Saya juga nggak pulang malam ini,” katanya sambil menutup troli depan kedai dengan terpal.
“Kalau Kakak nggak keberatan, tidur di sini aja. Lantai dua lumayan buat istirahat.”
Saran itu masuk akal. Hujan masih menabuh atap kedai tanpa tanda-tanda akan berhenti. Dafa membersihkan meja terakhir sebelum kami naik ke lantai dua.
Lantai atas ternyata lebih kecil dari yang kubayangkan. Ada kasur lipat di sudut, beberapa bantal, dan lemari kecil yang penuh dengan barang-barang Dafa.
Aku duduk di kasur sambil mendengar suara hujan di luar. Dafa menyiapkan teh untuk kami.
Dia melepas kaosnya, menyisakan singlet putih yang melekat di tubuhnya.
Badannya slim, dengan otot yang terbentuk dari rutinitas sehari-hari mengangkat barang dan menjaga kedai.
Aku terdiam, mendapati sisi lain dari Dafa yang jarang kulihat. Biasanya, dia hanya pemuda ramah dengan senyum hangat.
Tapi malam ini, dia tampak berbeda, lebih dewasa, lebih... mempesona.
“Kak, kok bengong?” tanyanya sambil tersenyum, membuyarkan pikiranku.
“Nggak, cuma capek,” jawabku singkat, mencoba mengalihkan perasaan yang mulai tak karuan.
Dafa duduk di lantai, menyandarkan punggungnya pada dinding.
“Malam ini tenang, ya. Kalau hujan gini, saya suka mikir... hidup ini kadang kayak hujan. Nggak tahu kapan datangnya, nggak tahu kapan redanya.”
Aku mengangguk, setuju. “Tapi hujan juga bisa bikin kita berhenti sejenak, menikmati momen yang biasanya kita lewatkan.”
Dia tersenyum. “Kakak selalu punya cara buat bikin semuanya terdengar masuk akal.”
Malam itu, kami berbincang hingga larut, tentang hidup, keluarga, mimpi, dan banyak hal yang selama ini tidak pernah kami bicarakan.
Hujan perlahan mereda, tapi hati ini justru semakin penuh. Dafa menunjukkan sisi lain dari dirinya—pemuda yang bukan hanya ramah, tapi juga bijaksana dan penuh perhatian.
Aku memejamkan mata di kasur lipat itu, mencoba menenangkan kegelisahan yang muncul. Dafa hanya beberapa langkah dariku, tapi jarak itu terasa lebih dekat dari sebelumnya.
Hujan telah berhenti, namun ada badai kecil yang kini berputar di dalam hatiku.
Posting Komentar untuk "Singlet Pada Tubuh Dafa | BL Story Indonesia"